JAKARTA - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengenang peran Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang membantu Republik Indonesia mengembalikan kedaulatannya usai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Fadli menyampaikan bahwa setelah proklamasi kemerdekaan itu, pihak penjajah, dalam hal ini Belanda dan sejumlah pihak lainnya, berusaha merebut kemerdekaan Indonesia, dan Amerika Serikat berperan dalam berbagai perundingan.
“Dalam rentetan tahun 1945-1949 peran Amerika cukup besar terutama berusaha meletakkan kembali negosiasi dan juga perundingan-perundingan termasuk di dalam perundingan Renville, Roem-Royen sampai terjadinya pengakuan kedaulatan,” katanya saat ditemui pada acara U.S.-Indonesia Gala 75, di Jakarta, Sabtu.
Anggota Kabinet Merah Putih pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka itu menyampaikan bahwa peran AS dalam membantu RI mewujudkan pengakuan kedaulatannya itu menjadi salah satu alasan kuatnya hubungan diplomatik kedua negara yang kini telah menginjak usia 75 tahun.
BACA JUGA:
Selama periode tersebut, lanjutnya, Indonesia dan AS telah melakukan banyak sekali kerja sama di berbagai bidang yang sangat luas, mulai dari perdagangan, ekonomi, pendidikan, keamanan hingga kebudayaan.
“Saat kita memandang ke masa depan, marilah kita terus merangkul kekayaan dari keberagaman kita, merayakan keindahan budaya kita, dan menginspirasi generasi mendatang untuk meneruskan semangat kerja sama dan persahabatan yang telah mendefinisikan hubungan kita selama 75 tahun,” ucapnya.
Lebih lanjut Fadli mengapresiasi perayaan 75 tahun hubungan bilateral yang diadakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta melalui konser orkestra.
Menurutnya, diplomasi melalui musik sangat penting karena musik adalah bahasa universal dan bisa saling melakukan apresiasi karena menampilkan musisi asal Tanah Air dan Amerika Serikat.
Konser tersebut antara lain menampilkan pianis Joey Alexander yang telah dikenal di kancah musik internasional. Lahir di Bali pada 2003, Joey telah tampil di hadapan dua presiden Amerika Serikat yakni Barack Obama dan Bill Clinton. Dia juga pernah menjadi nominasi dalam ajang bergengsi Grammy Awards.
“Saya kira bahasa budaya, bahasa musik, adalah bahasa yang mempersatukan dan menjadi jembatan yang paling efektif karena musik ini datangnya dari hati. Apa yang datang dari hati bisa menembus hati,” kata Fadli Zon.