JAKARTA - Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia, Fadli Zon berharap musik Indonesia punya daya tawar tinggi, agar para pencipta lagu dan musisi Tanah Air bisa mendapatkan besaran royalti yang lebih baik.
Adapun, besaran royalti (mechanical rights) yang didapat musisi Indonesia dari platform digital dirasa masih sangat kecil. Hal ini disampaikan oleh Cholil Mahmud dalam acara diskusi “Ngopi Pagi Insan Musik” dengan Menbud di Kementerian Kebudayaan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 14 November.
Pentolan Efek Rumah Kaca menyebut royalti yang didapat dari platform digital masih sangat kecil bagi sebagian besar pencipta lagu dan musisi di Indonesia. Hal ini disebabkan besaran royalti yang ditetapkan platform-platform tersebut memang tidak besar.
“Kalau musisi yang sudah terkenal dan ‘di atas’, mungkin akan terasa royaltinya, tapi untuk musisi-musisi yang menengah ke bawah ini masih sangat kecil royaltinya. Karena daya tawar kita dengan platform digital ini mungkin masih lemah” kata Cholil.
Seusai diskusi, kepada awak media, Fadli menyatakan dukungannya untuk melakukan negosiasi ulang dengan berbagai platform digital terkait besaran royalti untuk musisi Indonesia. Namun untuk sampai pada tahap tersebut, ia mendorong musik Indonesia untuk meningkatkan daya tawarnya.
BACA JUGA:
“Kita bisa saja merenegosiasi dengan platform digital, tapi menurut saya juga perlu ada di dalam negeri itu daya tawar kita,” kata Fadli Zon.
“Kita perlu menghidupkan agar bisa ada semacam kompetisi. Karena kalau tidak ada kompetisi juga kan kita susah,” imbuhnya.
Perihal royalti, Fadli juga memastikan pemerintahan saat ini akan berupaya menegakkan aturan-aturan yang sudah berlaku.
“Saya kira komitmen Pak Prabowo di dalam penegakan hukum sekarang sudah jelas kok, mulai dari soal judi online, penyelundupan, narkoba, ya saya kira termasuk apresiasi terhadap para seniman, dalam hal ini dengan penegakan hukum terhadap hak ciptanya,” ujarnya.
Lebih jauh, Fadli Zon mengingatkan bahwa kebudayaan menjadi penting untuk terus dikembangkan, mengingat produk-produk kebudayaan itu sendiri punya nilai ekonomi untuk sebuah negara.
“Budaya itu bisa menyumbang juga bagi pergerakan pada ekonomi kita. Sebagai contoh, saya kira banyak sekali budayawan (dan) seniman yang bekerja di bidang-bidang tertentu, yang kontribusinya sangat besar sebenarnya kepada ekonomi kita. Ada musik, film, dan lain-lain juga. Dan kalau ini dioptimalkan, ini bisa menyumbang besar,” pungkasnya.