Bagikan:

JAKARTA - Pada 10 September 1976, pesawat British Airways yang dalam perjalanan dari Bandara Heathrow London ke Bandara Internasional Yeşilköy, Istanbul, bertabrakan di udara dengan Inex-Adria Aviopromet Flight 550 yang tengah dalam perjalanan dari Bandara Split Kaštela/Resnik, Yugoslavia, ke Bandara Cologne Bonn, Jerman Barat. Tabrakan ini disebabkan oleh kesalahan prosedur dari beberapa personel pengawas lalu-lintas udara Zagreb.

Sebanyak 176 orang penumpang kedua pesawat tewas seketika dan menjadi tabrakan udara paling mematikan ketiga dalam sejarah. Mengutip DBPedia.org, kedua pesawat itu bertabrakan di atas Kota Vrbovec, dekat Kota Zagreb, Yugoslavia (sekarang ibu kota Kroasia). Kedua pesawat segera terjatuh dari langit, menimbulkan hujan puing-puing potongan pesawat.

Setidaknya satu wanita, yang tengah bekerja di pertanian tewas akibat puing-puing tersebut. Pihak-pihak berwenang segera mengumpulkan mayat-mayat yang berserakan dari berbagai area yang tersebar luas. Salah satu yang pertama tiba di lokasi kecelakaan adalah Polisi Garo Tomaevic. Ia menggambarkan begitu mengerikannya menyaksikan hasil kecelakaan udara tersebut.

"Saya melihat mayat-mayat tergeletak di mana-mana," katanya kepada wartawan. "Ada bayi yang masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lemah di dekat pesawat (British Airways), tetapi bahkan jika ambulans telah tiba sebelum saya, sudah terlambat untuk menyelamatkannya," jelasnya, dikutip dari TIME.

Jumlah korban dari kecelakaan tersebut adalah yang tertinggi dalam sejarah penerbangan untuk kecelakaan dua pesawat, melebihi daftar 162 korban pada kecelakaan di Morioka, Jepang, ketika sebuah pesawat tempur Jepang menabrak pesawat All Nippon Airways Boeing 727. Meski demikian, korban tabrakan pesawat di Zugreb tidak sebanyak korban kecelakaan Turkish Airlines DC-10 yang jatuh di dekat Paris dan menewaskan 345 orang di dalamnya.

Saat merekonstruksi peristiwa, pihak berwenang Yugoslavia diberitahu bahwa Inex-Adria telah diizinkan untuk naik ke ketinggian 35.000 kaki sebelum kecelakaan terjadi. Tetapi daerah di sekitar Zagreb tepatnya persimpangan langit utama rute ke Turki, Yunani, dan Mediterania, selalu dalam keadaan sibuk. Pengawas lalu lintas udara Zagreb tidak menyadari bahwa pesawat British Airways sudah terbang di ketinggian tersebut. Oleh sebab itu, pengawas lalu lintas udara Zagreb dianggap sangat bertanggung jawab atas kesalahan fatal ini dan segera ditahan oleh pihak kepolisian.

Inex-Adria Aviopromet (Sumber: Wikimedia Commons)

Penyelidikan

Empat pengawas lalu lintas udara Zagreb ditahan adalah Gradimir Tasic, Mladen Hohberger, Nenad Tetes dan Bojan Erjavec. Di bawah sistem hukum Yugoslavia, orang yang dicurigai melakukan kejahatan dapat ditahan dan seorang hakim investigasi mengadakan penyelidikan yang dapat berlangsung beberapa bulan. Hakim tersebut mengatakan dia telah mendengar beberapa rekaman percakapan antara kontrol darat dan awak kedua pesawat tetapi masih harus memeriksa perekam penerbangan yang ditemukan di reruntuhan.

"Rekaman yang saya kumpulkan sejauh ini tidak menunjukkan siapa atau apa yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu," kata hakim itu,dikutip dari New York Times.

Setelah penyelidikan selesai, jaksa penuntut umum memeriksa temuan dan memutuskan apakah akan mengajukan tuntutan. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, Gradimir Tasic dianggap bersalah dan diganjar hukuman tujuh tahun.

Namun setelah lebih dari dua tahun dipenjara, Tasic dibebaskan. Terdapat petisi dari kumpulan pngawas lalu lintas udara yang menyimpulkan bahwa Tasic hanyalah “kambing hitam” untuk peristiwa tersebut. Sementara tim Investigasi Kecelakaan Udara Inggris (AAIB) terus menyimpulkan bahwa kegagalan pengawas lalu lintas udara adalah akar penyebab kecelakaan, khususnya, kegagalan dari pengawas lalu lintas udara Zagreb yang tidak mampu memastikan pemisahan vertikal yang benar dari pesawat.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya