Komandan Sistem Pertahanan Rudal Iran Dihukum Penjara 13 Tahun Karena Menembak Jatuh Pesawat Penumpang Ukraina
Reruntuhan pesawat Ukraina Airlines yang ditembak jatuh. (Wikimedia Commons/Mehr News Agency/Aref Fathi)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah pengadilan di Teheran menghukum 10 personel militer Iran pada Hari Minggu, terkait keterlibatan mereka dalam penembakan pesawat Ukraina Airlines Penerbangan 752 pada tahun 2020, menurut media semi-resmi Iran, Mehr News.

Namun hukuman, itu ditolak sebagai "putusan palsu" oleh keluarga korban yang mengatakan pihak berwenang Iran telah gagal mengadili mereka yang paling bertanggung jawab atas bencana tersebut, melansir CNN 17 April.

Terdakwa utama dalam persidangan adalah komandan yang tidak disebutkan namanya dari sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara Tor M1 yang menembak jatuh pesawat, menewaskan semua 176 orang di dalamnya. Komandan itu dijatuhi hukuman 13 tahun penjara, menurut Mehr.

Penerbangan Boeing 737 berangkat dari Bandara Imam Khomeini di Teheran pada 8 Januari 2020, dan menuju ke ibu kota Ukraina, Kyiv, ketika dihantam oleh rudal anti-pesawat tak lama setelah lepas landas.

Beberapa hari setelah jatuh, otoritas Iran mengakui bahwa Angkatan Udara Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) menembak jatuh pesawat itu secara tidak sengaja, setelah salah diidentifikasi sebagai rudal jelajah oleh operator pertahanan udara.

Dalam putusan akhir pengadilan Teheran pada Hari Minggu dikatakan, pesawat penumpang itu ditembak jatuh karena "kesalahan manusia". Komandan menembakkan rudal ke pesawat sipil dua kali, "bertentangan dengan perintah pos komando dan instruksi lainnya," kata pengadilan, menurut Mehr.

Sementara itu, Asosiasi Keluarga Korban Penerbangan PS752, sebuah kelompok internasional yang mencari keadilan bagi mereka yang terbunuh, mengeluarkan pernyataan pada Hari Minggu yang mengatakan keluarga korban "tidak pernah mengakui pengadilan Rezim Teheran sebagai pengadilan yang sah."

Asosiasi itu mengklaim pengadilan telah gagal untuk menuntut "pelaku utama" insiden tersebut, alih-alih menuntut "sepuluh perwira rendah dengan ketidakjelasan latar belakang dan identitas mereka."

Asosiasi mengutuk persidangan sebagai "putusan palsu", setelah sesi pengadilan diadakan secara pribadi, dengan keluarga korban tidak hadir untuk persidangan. Lebih dari 70 pengadu dari keluarga korban telah mencabut pengaduan mereka sebelum hukuman dijatuhkan dan menolak kompetensi pengadilan, katanya.

Kelompok tersebut menganggap kasus tersebut masih terbuka, dan menuntut sengketa tersebut dipertimbangkan oleh Mahkamah Internasional.

Diketahui, jatuhnya jet penumpang terjadi pada saat ketegangan meningkat dengan Amerika Serikat, beberapa jam setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik terhadap pangkalan Amerika Serikat di Irak, tindakan pembalasan atas pembunuhan pesawat tak berawak AS terhadap komandan Pasukan Quds Iran Qassem Soleimani.

Pada saat itu, ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Teheran turun ke jalan untuk mengecam kecelakaan itu, dengan beberapa menyerukan pencopotan pemimpin tertinggi Iran dan menuntut mereka yang bertanggung jawab.

Dari mereka yang tewas dalam kecelakaan itu, 138 sedang melakukan perjalanan ke Kanada, menurut CBC. Di antara para korban adalah 82 orang Iran, 63 orang Kanada, 11 orang Ukraina, 10 orang Swedia, empat orang Afghanistan, tiga orang Jerman dan tiga orang Inggris.