Bagikan:

JAKARTA - Pada 9 September 1948, Kim Il-sung mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea. Dengan demikian, Kim Il-sung juga menjadi pemimpin pertama Korea Utara (Korut). Kurang dari sebulan sebelumnya tepatnya 15 Agustus 1948, selatan Korea terlebih dahulu mendeklarasikan berdirinya Republik Korea.

Mengutip Britannica, selama Perang Dunia II, Kim Il-sung memimpin kontingen Korea di ketentaraan Uni Soviet. Setelah Jepang menyerah pada 1945, Korea secara efektif dibagi antara bagian utara yang diduduki Soviet dan bagian selatan yang didukung Amerika Serikat (AS). Pada saat itu, Kim Il-sung bersama orang Korea lainnya yang dilatih oleh Soviet mendirikan pemerintahan komunis sementara di bawah naungan Soviet.

Kim Il-sung telah aktif di organisasi komunis sejak muda. Saat masih menjadi mahasiswa, ia bergabung dengan organisasi pemuda komunis. Kim Il-sung lalu ditangkap dan dipenjara karena aktivitasnya dengan kelompok tersebut pada 1929–1930.

Setelah Kim Il-sung dibebaskan dari penjara, ia bergabung dengan kelompok gerilya Korea melawan kependudukan Jepang sekitar 1930-an. Gerak Kim Il-sung menarik perhatian otoritas militer Soviet, yang mengirimnya ke Uni Soviet untuk menjalani pelatihan militer dan politik. Di sana ia bergabung dengan Partai Komunis setempat. Darah komunis mengalir deras di tubuh Kim Il-sung hingga akhir hayatnya.

Sebagai kepala negara, Kim Il-sung menghancurkan oposisi domestik yang tersisa dan melenyapkan saingan terakhirnya untuk mendapatkan kekuasaan dalam Partai Buruh. Dia menjadi penguasa mutlak negaranya dan mulai mengubah Korut menjadi masyarakat yang keras, militeristik, dan sangat teratur yang memiliki tujuan industrialisasi dan penyatuan kembali Semenanjung Korea di bawah pemerintahan Korut.

Kim Il-sung juga memperkenalkan filosofi juche atau "kemandirian," di mana Korut mencoba mengembangkan ekonominya dengan sedikit atau tanpa bantuan dari negara asing. Ekonomi yang dikelola negara Korut tumbuh pesat pada 1950-an dan 60-an tetapi akhirnya mengalami stagnasi, dengan bencana kekurangan makanan yang terjadi pada awal 1990-an.

Kultus yang segalanya disponsori oleh Kim Il-sung adalah bagian dari sistem propaganda yang sangat efektif yang memungkinkan dia untuk memerintah tanpa tantangan selama 46 tahun. Dalam kebijakan luar negerinya, ia menjalin hubungan dekat dengan Uni Soviet dan China.

Mural Kim Il-sung di Pyongyang, Korut. (Wikimedia Commons) 

Perang Korea

Berharap untuk menyatukan kembali Korea dengan paksa, Kim Il-sung meluncurkan invasi ke Korea Selatan (Korsel) pada 1950, sehingga memicu Perang Korea. Namun, upayanya untuk memperluas kekuasaannya di sana ditolak oleh pasukan AS dan pasukan PBB. Invasi yang dilakukan Korut didukung besar-besaran oleh China dan Soviet.

Perang Korea dimulai 25 Juni 1950, dengan 75 ribu tentara dari Tentara Rakyat Korut mengalir melintasi paralel ke-38, batas antara Republik Rakyat Demokratik Korea dan Republik Korea. Invasi ini adalah aksi militer pertama dari Perang Dingin.

Seperti yang dibahas dalam artikel VOI berjudul Perang Korea yang Minim Sorotan Meski Lebih Mematikan dari PD II dan Invasi Vietnam, pada Juli 1950 pasukan AS bergabung dalam perang atas nama Korsel. Menurut para pejabat AS, perang tersebut merupakan perlawanan kekuatan komunisme internasional.

Setelah serangkaian serangan terjadi di paralel ke-38, pertempuran sempat tersendat namun jumlah korban terus meningkat. Perang tersebut tidak memberikan apa-apa kepada berbagai pihak. Sementara itu, para pejabat AS yang mendukung Korsel terus membentuk semacam gencatan senjata dengan Korut.

Kim Il-sung dan Presiden China Mao Zedong (Wikimedia Commons) 

Amerika saat itu memiliki kekhawatiran lain bahwa Perang Korea akan menjadi perang yang lebih luas dengan Soviet dan China, bahkan seperti yang diperingatkan oleh beberapa orang: Perang Dunia III. Hal tersebut adalah sesuatu yang jelas tidak diinginkan Presiden AS saat itu, Harry S. Truman dan para penasihatnya.

Akhirnya, pada Juli 1953, Perang Korea berakhir. Secara keseluruhan, sekitar 5 juta nyawa tentara dan warga sipil melayang dalam apa yang oleh banyak orang di AS disebut sebagai 'perang yang terlupakan' karena kurangnya perhatian yang diterima dibandingkan dengan konflik Perang Dunia I dan II dan Perang Vietnam. Tingkat korban sipil Perang Korea lebih tinggi daripada Perang Dunia II dan Perang Vietnam. Hingga saat ini, Semenanjung Korea masih terbagi menjadi dua negara.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya