Ketika Jepang Menyerah dan Perang Dunia II Berakhir dalam Sejarah Hari Ini, 2 September 1945
Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu menandatangani pernyataan menyerahnya Jepang. (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Tepat pukul 9 pagi hari ini 2 September 1945, Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu menandatangani sebuah pernyataan kepada sekutu mewakili negaranya. Air mata dari para pembantunya yang turut menyaksikan tak dapat terbendung lagi. Jepang menyerah. Ini sekaligus jadi momen berakhirnya Perang Dunia II.

Momen itu terjadi setelah lebih dari 250 kapal perang Sekutu berlabuh di Teluk Tokyo. Bendera Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Soviet, dan China berkibar di atas geladak Kapal Missouri. 

Melansir History, Panglima Tertinggi AS Douglas MacArthur selanjutnya menandatangani sebuah pernyataan yang menyatakan, "Ini adalah harapan saya yang tulus dan tentu saja harapan seluruh umat manusia bahwa dari kesempatan yang khidmat ini, dunia yang lebih baik akan muncul dari darah dan pembantaian masa lalu."

Sembilan tanda tangan lagi ditorehkan, masing-masing oleh AS, China, Inggris, Uni Soviet, Australia, Kanada, Prancis, Belanda, dan Selandia Baru. Saat upacara 20 menit berakhir, matahari menerobos awan yang menggantung rendah. Perang paling dahsyat dalam sejarah manusia pun berakhir.

Kekalahan Jepang adalah kesimpulan yang sudah pasti. Sebelumnya Angkatan Laut dan Udara Jepang telah dihancurkan. Blokade angkatan laut Sekutu di Jepang dan pengeboman yang intensif kota-kota di Jepang telah membuat negara itu dan ekonominya hancur.

Pada akhir Juni 1945, AS berhasil merebut Okinawa, sebuah pulau di Jepang. Perebutan tersebut membuat Sekutu dapat meluncurkan invasi ke pulau-pulau utama Jepang. Jenderal MacArthur ditugaskan untuk melakukan invasi, yang diberi nama kode "Olympic Operation" dan direncanakan untuk diluncurkan pada November 1945.

Kapal perang milik Sekutu di Teluk Sagami. (Sumber: Wikimedia Commons)

Setelah serangan bom atom di Hiroshima, sebuah faksi dari dewan perang tertinggi Jepang mendukung penerimaan Deklarasi Potsdam, tetapi mayoritas dewan menolak penyerahan tanpa syarat. Pada 8 Agustus, situasi putus asa Jepang kembali memburuk ketika Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Keesokan harinya, pasukan Soviet menyerang Manchuria dan bom atom AS kedua dijatuhkan di Nagasaki.

Dewan Kekaisaran Jepang saat itu hanya memiliki jalan buntu. Akhirnya Kaisar Jepang Hirohito memutuskan bahwa negaranya harus menyerah. Pada 15 Agustus 1945 siang hari, kaisar mengumumkan penyerahan Jepang dalam siaran radio pertamanya.

Sebelum Jepang menyerah, negara sesama blok Poros yaitu Jerman juga mengibarkan bendera putih. Setelah pengeboman Dresden dan kota-kota Jerman lainnya yang menewaskan puluhan ribu warga sipil, Sekutu menyeberangi Sungai Rhine dan bergerak ke timur menuju Berlin. Saat mereka mendekati ibu kota, pasukan Sekutu menemukan kengerian Holocaust dan membebaskan kamp konsentrasi seperti Bergen-Belsen dan Dachau. Dengan kedua front yang diruntuhkan dan kekalahan yang tak terelakkan, Hitler bunuh diri di bunkernya pada 30 April 1945.

Giliran Nazi

Penerus Hitler, Karl Dönitz, memulai negosiasi damai dan pada 7 Mei 1945 memberi wewenang kepada Jenderal Alfred Jodl untuk menandatangani penyerahan tanpa syarat semua pasukan Jerman yang berlaku pada hari berikutnya. Namun pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin, menolak menerima perjanjian yang ditandatangani di markas besar Jenderal AS Dwight D. Eisenhower di Reims, Prancis. Ia memaksa Jerman menandatangani perjanjian lain pada hari berikutnya di Berlin yang diduduki Uni Soviet.

Personel Sekutu di Paris menyambut kekalahan Jepang. (Sumber: Wikimedia Commons)

Perang Dunia II adalah salah satu titik balik besar sejarah geopolitik abad ke-20. Hal ini mengakibatkan perluasan kekuasaan Uni Soviet ke negara-negara Eropa Timur, memungkinkan gerakan komunis mencapai kekuasaan di China, dan menandai pergeseran kekuasaan yang menentukan di dunia menjauh dari negara-negara Eropa Barat dan menuju AS dan Uni Soviet.

Menurut laporan Britannica, statistik korban Perang Dunia II tidak pernah tepat. Hanya AS dan Persemakmuran Inggris yang dapat menyebutkan angka resmi yang menunjukkan korban meninggal, terluka, tahanan atau hilang dari angkatan bersenjata. Untuk sebagian besar negara lain, hanya ada perkiraan dengan berbagai keandalan.

Perhitungan statistik yang tidak jelas di negara-negara Sekutu dan Poros ketika seluruh pasukan menyerah atau dibubarkan. Perang gerilya, perubahan batas-batas internasional, dan perpindahan massal dalam populasi sangat memperumit upaya pascaperang untuk mencapai angka yang akurat bahkan untuk jumlah korban tewas dari semua penyebab.

Karena alasan ini, perkiraan jumlah korban tewas dalam Perang Dunia II bervariasi dari 35.000.000 orang hingga 60.000.000 orang. Hanya sedikit yang berani mencoba menghitung jumlah total orang yang terluka atau cacat permanen.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

 

SEJARAH HARI INI Lainnya