JAKARTA - Beberapa gencatan senjata pernah disepakati Israel dan Palestina. Salah satu paling diingat barangkali gencatan senjata 9 Juni 2008. Lewat operasi Cast Lead, Israel kala itu melanggar gencatan senjata. Tak hanya itu. Israel mengkambinghitamkan Palestina. Sebuah momen yang di sisi lain membuka mata dunia soal siapa Israel.
Kesepakatan itu awalnya berlangsung baik. Namun, Israel justru melanggarnya. Operasi Cast Lead sendiri berlangsung pada 2008 hingga 2009. Rentetan konflik membawa dua negara ke gencatan senjata yang disepakati 19 Juni 2008. Kesepatakatan dicapai lewat perundingan di Kairo, di mana Mesir berperan sebagai mediator.
Sebagai bagian dari gencatan senjata, Israel setuju membuka blokade Gaza agar kapal-kapal dagang dapat melintasi perbatasan. Awalnya gencatan senjata berlangsung baik. Akan tetapi, Israel kemudian melanggar gencatan senjata, dengan pasukan-pasukan mereka yang kembali mengintimidasi penduduk Gaza.
“Selama periode gencatan senjata itu, Angkatan Laut Israel menyerang perahu nelayan milik penduduk sipil tak bersenjata di lepas Pantai Gaza. Israel berharap Hamas merespons. Sebenarnya Israel mengintimidasi penduduk Gaza sejak lama. Ratusan nelayan terluka. Kapal-kapal mereka dihancurkan. Bahkan relawan-relawan internasional anti-penjajahan juga ditembak tentara Israel saat menjadi tameng hidup nelayan agar tak ditembaki tentara Israel di lepas pantai Gaza,” ungkap Anwar M. Haris dalam buku Israel Is Not Real: Negara Fiktif di Tanah Rampasan (2015).
Atas dasar itu Israel disebut melanggar prinsip utama gencatan senjata. Selain intimidasi, Israel juga kembali memblokade secara ilegal aktivitas ekonomi di Gaza. Akibatnya 1,5 juta penduduk Gaza –sebagaian besar anak-anak dan pengungsi— harus menderita akibat kekurangan bantuan medis, suplai listrik, air dan makanan sepanjang hari.
Blokade itu kemudian membuat masyarakat dunia menyebut Israel sebagai penjahat perang. Kendati demikian, Israel tak mau disalahkan. Israel bersikukuh yang melanggar genjatan senjata adalah pihak Hamas. Israel mulai menebar isu lewat ragam media massa bahwa mereka diserang lebih dulu oleh Hamas.
Israel menyebut yang mereka lakukan adalah pembalasan terhadap serangan, bahwa mereka hanya membela diri. Tapi hal itu dibantahh Dewan Sinagog Amerika Serikat (AS), yang juga mantan anggota Kongres Amerika–Yahudi, Henry Siegman.
“Izinkan saya mengungkapkan secara blak-blakan bahwa semua klaim Israel itu adalah kebohongan. Israel, bukan Hamas, yang melanggar gencatan senjata: Hamas telah menghentikan serangan roketnya ke Israel. Sebaliknya, Israel ingin melancarkan pengepungannya terhadap Gaza,”ungkap Henry Siegman dikutip Dina Y Sulaiman dalam buku Obama Revealed: Realitas di Balik Pencitraan (2010).
“Bahkan, sepanjang masa gencatan senjata itu, pengepungan Gaza semakin diperketat. Hal ini dikonfirmasi tidak hanya oleh semua pengamat internasional dan LSM yang datang ke wilayah itu, tetapi juga oleh Brigjen Samuel Zakai, mantan komandan militer Israel di Divisi Gaza,” tambahnya.
Operasi Cast Lead 2008-2009
Saling balas serangan jadi pemicu berakhirnya gencatan senjata Israel-Palestina. Secara resmi, gencatan senjata itu berakhir pada 19 Desember 2008. Sementara, upaya memperpanjang gencatan senjata selalu gagal.
Setelah berakhirnya gencatan senjata, Israel kemudian melancarkan serangan di sebuah terowongan yang diduga digunakan untuk menculik tentara Israel. Serangan itu yang menewaskan beberapa pejuang Hamas.
“Menyusul ini, Hamas melanjutkan serangan roket dan mortir ke kota-kota Israel, terutama menembakkan lebih dari 60 roket pada 24 Desember. Pada 27 Desember 2008, Israel meluncurkan Operasi Cast Lead terhadap Hamas. Banyak organisasi hak asasi manusia menuduh Israel dan Hamas melakukan kejahatan perang,” tulis Willem Brownstok dalam buku Islam: Dari Kekaisaran Mughal ke Konflik Arab-Israel (2020).
Melalui operasi Cast Lead, Israel menginvasi jalur Gaza sebagai respons atas roket-roket Hamas. Tujuan dari operasi Cast Lead sendiri adalah untuk menurunkan ancaman keamanan dengan mengurangi peluncuran roket di Gaza dan melemahkan Hamas.
Operasi yang memakan waktu 22 hari –-terhitung sejak 27 Desember hingga 11 Januari-- itu diperkirakan memakan korban jiwa sebanyak 1.500 warga palestina. Kebanyakan di antaranya adalah warga sipil.
Akibat lain dari operasi Cast Lead, lima ribu warga Palestina mengalami cacat fisik. Berbagai objek sipil lain juga hancur akibat serbuan peluru dari darat, laut, dan udara.
“Serangan yang dilakukan Israel ke Gaza tersebut disebut oleh Operasi Cast Lead. Dalam serangan tersebut, Israel memaksimalkan kekuatan militernya. Israel menyerang Palestina dari darat, udara, dan laut. Pemerintah Israel membuat Iron Dome, dan Israel melancarkan serangan udara guna membantu dan melindungi pasukan darat. Misi utama dari serangan ini dimaksudkan untuk melemahkan kekuatan dan melegitimasi serangan ke Palestina,” tutup Ira Gabriella dkk dalam Jurnal Hukum Diponegoro (2017).
*Baca Informasi lain soal ISRAEL-PALESTINA atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.