Mesir Tolak Permintaan Israel untuk Pantau Zona Penyangga dengan Gaza
Tentara Israel menemukan terowongan di Koridor Koridor Philadelphi. (Wikimedia Commons/Israel Defense Forces)

Bagikan:

JAKARTA - Mesir telah menolak usulan Israel untuk melakukan pemantauan di zona penyangga perbatasan Mesir-Gaza dalam suatu pembicaraan, memprioritaskan upaya menengahi gencatan senjata sebelum melakukan pengaturan pascaperang, kata tiga sumber keamanan Mesir.

Sumber-sumber Mesir mengatakan, selama pembicaraan tersebut Israel telah mendekati Mesir untuk mengamankan Koridor Philadelphi, zona penyangga sempit di sepanjang perbatasan, sebagai bagian dari rencana Israel untuk mencegah serangan di masa depan.

Seorang pejabat Israel yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan, pemantauan bersama Koridor Philadelphi dengan Mesir adalah salah satu masalah yang telah dibahas oleh negara-negara tersebut.

Ketika ditanya apakah Mesir menolak, pejabat Israel mengatakan: "Saya tidak mengetahui hal itu," seperti dilansir dari Reuters 10 Januari.

Sementara itu, Al Qahera News yang terhubung dengan pemerintah Mesir mengutip sumber anonim pada Hari Senin yang mengatakan, laporan baru-baru ini mengenai rencana kerja sama antara Mesir dan Israel di koridor tersebut adalah salah.

Kepala Layanan Informasi Negara Mesir tidak menanggapi permintaan komentar.

Sumber-sumber Mesir mengatakan bahwa para pejabat Israel tidak membahas pengendalian koridor tersebut selama perundingan gencatan senjata saat ini, namun malah meminta untuk berpartisipasi dalam pemantauan wilayah tersebut, termasuk dengan berbagi penggunaan teknologi pemantauan baru yang akan diperoleh Israel.

Para perunding Mesir menolak gagasan tersebut, namun Mesir telah memperkuat penghalang fisik di sisi perbatasannya, kata sumber tersebut.

Mesir memprioritaskan pencapaian perjanjian gencatan senjata baru sebagai landasan yang diperlukan untuk diskusi mengenai Gaza pascaperang, termasuk mengamankan koridor tersebut, tambah sumber tersebut.

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pada Hari Selasa, prioritas Gaza adalah gencatan senjata, pengiriman bantuan, dan mencegah perpindahan warga Gaza ke Mesir.

rafah
Antrean truk pengangkut bantuan untuk Gaza di Rafah dari sisi Mesir. (Twitter/@ChinaAmbUN)

Terowongan Bawah Tanah

Israel menguasai Koridor Philadelphi hingga tahun 2005, ketika mereka mengakhiri pendudukannya di Jalur Gaza. Hamas menguasai Gaza pada tahun 2007.

Akhir bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel berusaha untuk menegaskan kembali kendali atas koridor tersebut, di mana warga Palestina telah lama menjalankan terowongan bawah tanah.

Jumlah terowongan mulai meningkat pada tahun 2008, ketika penyelundup dan militan Palestina menggunakannya untuk menghindari blokade ekonomi Israel dan membawa senjata ke wilayah tersebut.

Namun kampanye militer Mesir yang dimulai pada tahun 2013 berhasil menghancurkan sebagian besar dari terowongan-terowongan tersebit, kata sumber-sumber Palestina.

"Mesir telah menyatakan dengan jelas mereka menutup semua terowongan di sisi perbatasannya, namun Israel masih tidak dapat menyerap atau memahami bahwa apa yang mereka lihat di Gaza mungkin merupakan produksi atau pengembangan lokal," jelas Ashraf Abu el-Houl dari surat kabar milik negara Mesir Al-Ahram dan spesialis masalah Palestina.

Abou el-Houl mengatakan, Israel dapat secara efektif mengendalikan zona penyangga perbatasan dari jauh melalui senjatanya, tanpa perlu mengambil kendali langsung.

Diketahui, Mesir berbagi perbatasan sepanjang 13 km (8 mil) dengan Gaza yang merupakan satu-satunya perbatasan wilayah pesisir Palestina yang tidak dikontrol langsung oleh Israel.

Di sisi lain, bersama Qatar, Mesir juga memainkan peran utama dalam pembicaraan untuk menengahi gencatan senjata di Gaza, serta mengamankan kesepakatan untuk pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.