JAKARTA - Raja Arab Saudi Salman mengutuk agresi Israel di Yerusalem dan Jalur Gaza. Lewat percakapan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menekankan bahwa kerajaan Arab akan terus berupaya untuk merangkul semua pihak untuk menghentikan upaya pendudukan Israel.
Diketahui Arab Saudi, menyambut deklarasi gencatan senjata di Jalur Gaza sekaligus mengapresiasi upaya mediasi oleh Mesir dan internasional, demikian Kantor Berita SPA, mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri.
Pernyataan itu menegaskan lagi upaya berkelanjutan kerajaan dengan para sekutu untuk mencapai sebuah resolusi. Upaya Mesir untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Palestina berlaku pada Jumat dini hari.
Namun, gencatan senjata yang telah disepakati Israel dan Palestina itu harus rusak seketika. Ketika kepolisian Israel justru menyerang warga Palestina yang sedang berada di Masjid Al-Aqsa, Jumat 21 Mei 2021.
Some 20 Palestinian worshipers at the Al-Aqsa Mosque compound in occupied #Jerusalem were injured in an Israeli police attack following the weekly Friday prayer today. pic.twitter.com/FhUQcT1vC9
— Quds News Network (@QudsNen) May 21, 2021
Ketika itu, warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsa Jumat pagi dan merayakan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas, sebuah kelompok perlawanan Palestina.
Mereka ingin berbaris dari Masjid Al-Aqsa ke daerah Kota Tua, tetapi polisi Israel menggunakan granat kejut dan bom gas untuk membubarkan mereka. Serangan tersebut melukai sejumlah orang, tetapi Bulan Sabit Merah Palestina belum merilis angka berapa banyak orang yang terluka.
Ini bukan kali pertama Israel mengkhianati gencatan senjata.Lewat operasi Cast Lead, Israel kala itu melanggar gencatan senjata, pada 9 Juni 2008.
Tak hanya itu. Israel mengkambinghitamkan Palestina. Sebuah momen yang di sisi lain membuka mata dunia soal siapa Israel.
BACA JUGA:
Kesepakatan itu awalnya berlangsung baik. Namun, Israel justru melanggarnya. Operasi Cast Lead sendiri berlangsung pada 2008 hingga 2009.
Rentetan konflik membawa dua negara ke gencatan senjata yang disepakati 19 Juni 2008. Kesepatakatan dicapai lewat perundingan di Kairo, di mana Mesir berperan sebagai mediator.
Sebagai bagian dari gencatan senjata, Israel setuju membuka blokade Gaza agar kapal-kapal dagang dapat melintasi perbatasan. Awalnya gencatan senjata berlangsung baik. Akan tetapi, Israel kemudian melanggar gencatan senjata, dengan pasukan-pasukan mereka yang kembali mengintimidasi penduduk Gaza.