JAKARTA - Perayaan Tahun Baru kerap dirayakan dengan gegap gempita di Turki. Khalayak umum pun mencari hiburannya sendiri untuk menikmati momentum pergantian tahun dari 2016 ke 2017. Ada yang mendatangi pusat kota. Ada juga yang mendatangi klub malam.
Klub malam kesohor, Reina di Istanbul jadi andalan muda mudi Turki. Mereka tak punya firasat buruk. Namun, petaka muncul di depan mata. Seorang teroris berkostum sinterklas dengan menenteng senjata masuk dan menembak pengunjung klub membabi buta.
Upaya merayakan Tahun Baru adalah hak semua orang. Di Turki pun begitu. Orang tua hingga kaum muda punya cara tersendiri merayakan Tahun Baru. Perayaan itu dilakukan sebagai bentuk menghangatkan kebersamaan sembari menatap Tahun Baru yang penuh harapan.
Orang-orang di Jantung Kota Istanbul pun mulai memenuhi pusat kota untuk menikmati perayaan Tahun Baru. Mereka menantikan pesta kembang api. Namun, ada pula muda mudi yang memilih datang ke klub malam populer, Reina di Istanbul pada 31 Desember 2016.
Tiada firasat buruk. Mereka hanya paham datang dan bersenang-senang. Pemilihan klub Reina bukan sembarangan. Klub malam itu bisa menampung muda mudi hingga ratusan orang. Mereka dapat bersenang-senang sambil menikmati ajian pergantian tahun.
Masalah muncul. Pesta pergantian tahun itu terusik pada pukul 01:15 dini hari di 1 Januari 2017. Seorang teroris segera masuk klub malam dengan pakaian ala sinterklas. Alih-alih membawa hadiah, orang tak dikenal itu justru membawa senjata.
Tembakan secara acak dilepaskan ke arah pengunjung. Aksi itu menghebohkan seisi Reina. Orang-orang pun lupa dengan pesta. Mereka melarikan diri. Ada pula yang segera mencari tempat pesembunyian yang aman.
Aksi itu menewaskan 39 orang dan melukai 69 orang. Pelaku pun segera kabur sebelum petugas keamanan datang. Berita penyerangan di klub malam Reina menghebohkan seisi Turki.
“Pukul 01:15 dini hari, seorang teroris yang membawa senjata laras panjang membunuh seorang polisi yang menunggu di luar, lalu membunuh pengunjung lain yang hendak masuk. Ia kemudian melakukan tindakan kejam dan brutal ini dengan menembaki orang-orang tak bersalah yang sedang merayakan Tahun Baru,” ujar Gubernur Istanbul, Vasip Sahin sebagaimana dikutip Kareem Shaheen dalam tulisannya di The Guardian berjudul Turkey Nightclub Shooting: Istanbul on Alert After Gunman Kills Dozens (2017).
ISIS Jadi Dalang Serangan
Penyerangan itu memunculkan duka yang mendalam. Korban tewas tak hanya berasal di Turki saja. Setidaknya ada 27 korban berasal dari 13 negara lain. Korban antara lain berasal dari Lebanon, Irak, Suriah, hingga Kanada.
Pemerintah Turki tak tinggal diam. Mereka mulai meraba siapa otak dari pelaku kejahatan. Namun, belakangan kelompok teroris, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)mengakui bahwa mereka adalah dalang di balik serangan. ISIS melakukan teror diduga karena Turki kerap ikut campur urusan mereka.
Pemerintah Turki yang berang segera mengejar pelaku. Empunya kuasa tak ingin aksi teror itu membuat seisi Turki jadi takut beraktivitas. Hasil kerja keras itu membuahkan hasil. Aparat keamanan Turki menangkap hingga 51 orang yang dicurigai berbaiat kepada ISIS.
Puncaknya, pelaku utama penembakan yang menggunakan kostum sinterklas ditangkap pada 17 Januari 2017. Pria itu diidentifikasikan sebagai Abdulkadir Masharipov. Pria asal Uzbekistan itu mengakui bahwa dirinya berbaiat kepada ISIS.
Mulanya ia diminta melakukan serangan di alun-alun Taksim. Namun, Abdulkadir segera mengubah target dalam menit-menit terakhir karena kondisi keamanan yang cukup ketat. Kondisi itu membuatnya mengalihkan serangan ke klub malam populer Reina yang penjagaannya tak terlalu ketat.
Abdulkadir pun harus bertanggung jawab atas kejahatannya. Puncaknya, Pengadilan Turki menjatuhkan hukuman seumur hidup kepadanya pada September 2020. Atau dalam aturan hukum Turki, penjara seumur hidup berarti hukuman penjara selama 40 tahun.
BACA JUGA:
"Saya datang ke Taksim pada malam Tahun Baru, tapi pengamanannya terlalu ketat. Tidak mungkin melakukan serangan (di Taksim).”
"Saya diberi instruksi untuk mencari target baru di area tersebut. Saya berkeliling pantai pada pukul 22.00 waktu setempat dengan taksi. Reina terlihat cocok untuk serangan. Di sana tidak terlihat ada pengamanan ketat," ujar Abdulkadir sebagaimana dikutip laman Detik.com, 18 Januari 2017.