JAKARTA - Kamala Harris bukan orang sembarangan dalam peta politik Amerika Serikat (AS). Ia adalah intelektual yang lahir dari orang tua terpelajar. Kondisi itu membuatnya dapat mengakses pendidikan terbaik. Kamala jadi dapat memilih karier apa saja.
Ia tak menganggap perbedaan warna kulitnya -- campuran Jamaika-India jadi masalah. Ia dapat meniti karier di dunia hukum. Ia pun sukses terpilih jadi jaksa hingga senator. Kondisi itu membuat Joe Biden memilihnya sebagai Wakil Presiden (Wapres) AS.
Keberuntungan kerap hadir dalam hidup seorang Kamala Devi Harris. Wanita kelahiran Oakland, California, 20 Oktober 1964 itu terlahir sebagai anak dari orang tua yang mementingkan pendidikan. Ibunya Shyamala Gopalan dikenal sebagai ahli nutrisi dan biokimia.
Ayahnya Donald J. Harris seorang sebagai ekonom. Kedua orang tuanya adalah lulusan kampus ternama AS: Universitas California, Berkeley (UC Berkeley). Garis keluarga ibunya dari India mengagumkan. Keluarga berasal dari pejabat India yang berkasta tinggi, Brahmana Tamil.
Suatu status sosial yang membuat ibunya bisa berkuliah hingga ke AS. Kamala pun tumbuh di antara komunitas kulit hitam di AS. Semua itu karena ibunya adalah bagian condong membela hak komunitas Afro-Amerika. Namun, kesedihan hadir dalam hidup Kamala.
Ia yang masih berusia tujuh tahun melihat kedua orang tuanya bercerai. Hidup Kamala terus berlanjut. Begitulah yang diyakini oleh Kamala yang hidup berpindah-pindah karena pekerjaan ibunya. Pendidikan Kamala tetap diprioritaskan.
Ibunya bahkan rela belum punya rumah agar kedua anaknya – Kamala dan Maya dapat bersekolah. Kamala mampu menuntut ilmu ke Universitas Howard yang secara historis diperuntukan untuk orang kulit hitam di Washington DC.
Kamala pun selalu mendapat dukungan moril dari komunitas kulit hitam karena peran ibunya. Kondisi itu membuatnya kadang disebut sebagai Afrika-Amerika. Kadang juga Asia-Afrika. Kamala pun lulus dan berhak atas gelar sarjana dalam ilmu politik dan ekonomi pada 1986.
BACA JUGA:
Kamala pun menempuh kembali pendidikan lanjutan dalam bidang Ilmu Hukum. Ia memilih Universitas California, Hastings: UC Hastings (kini: UC Law San Francisco). Di sana, ia mulai aktif menjadi aktivis kulit hitam progresif. Laku hidup itu membawa lulus dengan dengan gelar Juris Doctor pada 1989.
“Shyamala adalah seorang ibu tunggal yang bekerja dan memiliki dua anak. Hingga putri tertuanya masuk sekolah menengah, ia baru mampu membayar uang muka rumahnya sendiri, sesuatu yang sangat ia inginkan. Jaringan dukungan — mulai dari tempat penitipan anak, gereja, wali baptis, dan les piano — terpancar dari Asosiasi Afro Amerika.”
“Profesor sosiologi tempat ibunya sering diskusi, Dashiell, ikatan-ikatan itu menjadi bagian penting Shyamala dalam membesarkan anak-anaknya – Kamala dan Maya. Yang saya maksud bukan secara finansial,” ungkap Ellen Barry dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul How Kamala Harris’s Immigrant Parents Found a Home, and Each Other, in a Black Study Group (2020).
Dari Senator ke Wapres
Karier Kamala sebagai aktivis boleh pendek. Namun, kariernya sebagai seorang profesional dalam bidang hukum panjang umur. Kariernya sebagai jaksa mentereng. Ia mampu meraih prestasi sebagai wanita pertama yang menjadi jaksa wilayah di San Francisco.
Karier Kamala pun terus menanjak. Ia mampu menjadi jaksa agung wanita pertama di California dari 2011-2017. Kiprahnya sebagai jaksa agung mentereng. Sekalipun beberapa hal dianggap kontroversial -- termasuk plin-plan terkait penentangan hukuman mati. Namun, Kamala banyak melakukan reformasi hukum di California.
Ia terlihat pula membela kaum LGBTQ+, keamanan data, hingga memerangi kejahatan seksual. Kamala pun merasa cukup mengeluti bidang hukum. Belakangan ia mulai tertarik masuk politik. Partai Demokrat pun dipilihnya sebagai kendaraan politik.
Partai itu yang kemudian membawanya menjadi calon senator dari California. Popularitasnya sebagai jaksa di California jadi jaminan. Pucuk dicinta ulam tiba. Kamala resmi terpilih sebagai senator pada 2017.
Popularitasnya sebagai senator menanjak kala ia menentang kebijakan Presiden Donald Trump terkait pelarangan kaum Muslim masuk AS pada 2020. Keberanian Kamala dalam bersuara mewakili rakyat AS membuat Joe Biden kepincut.
Alhasil, Kamala dipilih Biden sebagai Cawapresnya dalam Pilpres 2020 dan menang. Kamala lagi-lagi menjadi Wapres Asia-Amerika pertama dalam sejarah AS.
“Kamala Harris telah menghabiskan hidupnya dengan menerobos batasan-batasan yang tidak dapat dielakkan dan mengumpulkan prestasi pertama. Ia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai jaksa wilayah di San Francisco, jaksa agung wanita pertama di California, orang India-Amerika pertama di Senat AS, kandidat India-Amerika pertama dari partai besar yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden.”
“Sebentar lagi ia akan menjadi wakil presiden perempuan pertama. Jika Joe Biden hanya menjabat satu periode, seperti yang diharapkan, ada kemungkinan bahwa pada tahun 2024 ia bisa menjadi presiden perempuan kulit hitam pertama,” ungkap Arwa Mahdawi dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul The Meaning of Kamala Harris: The Woman Who Will Break New Ground as Vice-President (2020).