Bagikan:

JAKARTA - Olahraga sepak bola kerap dianggap bisnis yang menjanjikan. Kondisi itu membuat pengusaha Indonesia berkeinginan membeli klub luar negeri. Grup Bakrie, misalnya. Perusahaan konglomerat keluarga Bakrie mulai melirik dua klub luar negeri. CS Vise (Belgia) dan Brisbane Roar (Australia).

Kedua klub itu dianggap dapat membawa manfaat. Bonusnya mereka dapat membawa pemain Indonesia berlaga di liga luar negeri. Ajian itu dianggap Bakrie sebagai batu loncatan memperkenalkan talenta Indonesia di luar negeri.

Investasi ke klub sepak bola dunia bukan cuma monopoli investor barat saja. Investor dari benua Asia tak ingin kalah pamor. Beberapa nama besar pengusaha mulai meramaikan bisnis olahraga sepak bola dunia.

Grup Bakrie tak mau ketinggalan. Perusahaan keluarga Bakrie itu mulai berinvestasi di dunia olahraga tanah air lewat basket. Mereka membeli klub lokal, Pelita Jaya. Pembelian itu tak membuat Grup Bakrie yang memiliki ragam lini bisnis --televisi hingga pendidikan-- cepat berpuas diri. Mereka mulai merajut mimpi untuk jadi pemilik dari klub sepak bola luar negeri.

Lirikan pertama Grup Bakrie mengarah ke klub kasta dua Belgia. Mereka kepincut ingin menguasai Klub Royal Cercle Sportif Vise (CS Vise). Bakrie menganggap investasi ke CS Vise dapat menjanjikan keuntungan. Bakrie melihat mereka mampu membawa CS Vise berkembang dalam dua-tiga tahun mendatang.

CS Vise dinilai sudah cukup baik secara infrastruktur. Klub itu memiliki sekolah bola sendiri pula. CS Vise Football Academie (VFA), namanya. Akademi itu memiliki kurang lebih 400 siswa, dari usia 6-17 tahun. Mereka memiliki 10 lapangan untuk berlatih.

Mantan bintang sepak bola dunia yang juga pelatih Brisbane Roar, Robby Fowler saat di Jakarta. (Antara)

Kesepakatan pun berhasil didapat. Bakrie mengakuisisinya pada 15 April 2011. Bakrie menguasai lebih dari 50 persen saham. Namun, Bakrie tak mau merinci berapa biaya yang dikeluarkan. Kondisi itu membuat Bakrie jadi salah satu pemilik CS Vise.

Gembar-gembor pembelian klub bola CS Vise di Indonesia cukup besar. Namun, Grup Bakrie lagi-lagi enggan berpuas diri. Euforia pembelian CS Vise justru bak bahan bakar Grup Bakrie untuk menguasai satu klub bola luar negeri lagi.

Mereka mulai melirik klub bola dari liga utama Australia, A-League. Brisbane Roar, namanya. Mereka langsung mencoba mengakuisisi 70 persen saham. Pucuk dicinta ulam tiba. Bakrie berhasil mendapatkan Brisbane Roar pada oktober 2011. Pembelian itu membuat Grup Bakrie jadi orang Asia pertama yang menjadi pemiliki klub bola di Australia.

“Kami gembira dan merasa terhormat menjadi pemilik baru Brisbane Roar. Tim yang luar biasa dan klub sukses yang didukung oleh komunitas yang penuh semangat. Komitmen ini bersifat jangka panjang, dan merupakan peluang untuk tidak hanya mendukung pertumbuhan sepak bola di Brisbane, tetapi juga memperkuat hubungan antara Australia dan Indonesia.”

“Kami memiliki rekam jejak yang kuat dalam berinvestasi di sepak bola dan kami akan mendukung klub dalam upayanya untuk berkembang. Visi kami adalah menjadikan Brisbane Roar klub sepak bola profesional paling sukses di Australia,” terang perwakilan Grup Bakrie, Adika Nuraga Bakrie (Aga Bakrie) sebagaimana dikutip laman aleagues.com.au, Oktober 2011.

Batu Loncatan Talenta Indonesia

Dunia sepak bola memang menjanjikan dari segi prestise dan kucuran dana. Namun, investasi yang dillakukan Grup Bakrie tak hanya berkutat urusan keuntungan finansial Belaka. Investasi itu dapat meningkatkan kebanggaan dari klub dalam mengarungi kompetisi.

Bonusnya, kepemilikan klub sesungguhnya dapat jadi batu loncatan talenta Indonesia berlaga di luar negeri. Bakrie pun mendukung benar hal itu. Talenta Indonesia nantinya dapat melakukan pembinaan di dua klub bola milik Bakrie, CS Vise atau Brisbane Roar.

Bakrie bahkan telah memulai dengan memboyong tiga pemain muda Indonesia untuk merumput di klub Belgia, CS Vise pada 2011. Mereka adalah Yandi Sofyan, Alfin Tuassalomony, Yericho Christiantoko, dan Syamsir Alam.

Empunya klub juga turut membawa pemain Indonesia untuk belajar/ trial di Brisbane Roar Junior pada 2014. Ambil contoh dua pemain muda Indonesia, Vicky Melano dan Junda Irawan. Kedua nama itu digadang-gadang akan jadi andalan Timnas Indonesia U-21.

Bakrie memberikan mereka kesempatan menimba ilmu di Australia. Kesempatan itu diberikan supaya nama talenta Indonesia kesohor. Paling tidak, mereka bisa menjadikan pelajaran berharga bermain dan berlati di CS Vise atau Brisbane Roar. Mereka diharapkan dapat memanfaatkan latihan itu sebagai batu loncatan untuk bermain di klub-klub besar dunia.

“Saat ini belum ada ikon pemain Indonesia yang bermain di klub-klub besar. Saya ingin melahirkan ikon itu, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang mau menjadi pemain sepak bola. Belum ke sana (urusan keuntungan), saya hobi sih. Jadi saya berpikir lebih ke sepak bola dan pembinaannya saja,” janji Aga Bakrie kala baru menguasai CS Vice dan Brisbane Roar sebagaimana dikutip laman Tempo, 23 Desember 2011.