JAKARTA - Rivalitas berlebihan dapat jadi momok menakutkan di dunia sepak bola. Narasi itu dipertontonkan oleh Roy Keane dan Alf-Inge Haaland. Mulanya ayah dari pemain sepak bola Erling Haaland pernah menjegal Keane pada 1997.
Aroma kebencian pun muncul. Keane berniat membalas perlakuan Haaland dalam derby Manchester United (MU) lawan Manchester City pada 2001. Hasilnya mengejutkan. Alih-alih hanya memberi pelajaran, Keane justru melakukan tekel horor yang mengkhiri karier Haaland di dunia sepak bola profesional.
Alf-Inge Rasdal Haaland pernah punya karier gemilang. Pria kelahiran 23 November 1972 itu telah tergabung dalam akademi klub asal Norwegia, Bryne FK. Bakatnya sebagai pemain bola gemilang. Narasi itu membuat Haaland melakukan debut profesionalnya pada 1989, atau pada usia 17 tahun.
Hasilnya mengagumkan. Bakat Haaland mulai dilirik banyak klub profesional Inggris. Leeds United bahkan kepincut dengan jasa Haaland pada 1997. Kedatangannya disambut positif. Haaland mampu stabil bermain dalam posisinya sebagai bek yang dapat bertransformasi sebagai gelandang bertahan.
Aksi fenomenal Haaland adalah kala ia menjaga kemenangan Leeds United melawan MU dengan skor 1-0 pada September 1997. Kala itu ia bersitegang dengan pemain MU, Roy Keane. Haaland mampu menjegal langkah Keane untuk mencetak gol dalam kemelut di dalam kotak pinalti di babak kedua.
Ulah Haaland membuat Keane tersungkur ke rumput lapangan. Haaland tak menyesali aksinya. Ia justru mendatangi Keane yang terbaring. Haaland mengejek Keane yang dianggapnya berpura-pura supaya mendapatkan penalti.
BACA JUGA:
Aksi itu membuat Haaland diganjar kartu kuning karena membuat Keane cedera ligamen. Sedang Keane harus ditandu keluar lapangan. Semenjak itu keduanya bak musuh bebuyutan. Keane menganggap pelanggaran yang dilakukan Haaland bak aib.
“Keane mengakui bahwa Haaland mengganggunya selama pertandingan, dan lima menit sebelum pertandingan usai, Keane mencoba menyerang masuk kotak penalti. Aksi itu harus dibayar mahal Keane. Ia dijegal Haaaland dan harus absen karena cidera ligamen.”
“Tidak ada pemain yang mengetahui hal ini pada saat itu. Namun, Haaland dan rekan setimnya di Leeds, David Wetherall langsung menuduh Keane berpura-pura cedera saat dia terbaring kesakitan di lapangan,” terang Joseph McBride dalam tulisannya di laman Mirror, 10 Agustus 2021.
Haaland Gantung Sepatu
Rivalitas keduanya kian sengit. Apalagi, kala Haaland menerima pinangan klub se-kota dengan Keane, Manchester City. Kehadiran Haaland di City dianggap mampu menambah daya pertahanan City. Namun, petaka lebih dulu muncul.
Semua itu tersaji kala MU menjamu lawannya City di Old Traford pada 21 April 2001. MU tampil memukau dengan unggul lewat penalti Teddy Sheringham pada menit 74. City tak mau kalah. Mereka membalasnya dengan Steve Howey di menit 84.
Skor pun jadi imbang 1-1. Tensi pertandingan pun memanas. Sekalipun pertandingan itu sama sekali tak berarti banyak bagi Setan Merah (julukan MU). MU sudah mengunci gelar juara Liga Inggris. Namun, derby tetap lah derby. Gengsi kota dipertaruhkan.
Panasnya pertandingan kemudian membuat Keane mengorek luka lama. Ia menandai Haaland dan melancarkan aksi tekel horor pada menit 85.Kaki kanan Haaland diterjang dengan keras oleh Keane. Tekel brutal itu membuat karier Haaland di dunia profesional hancur. Ia kemudian gantung sepatu.
Keane sendiri mendapatkan kartu merah dalam pertandingan tersebut. Ia dilarang bertanding selama tiga laga, lalu bertambah jadi lima laga. Keane juga harus membayar denda sebanyak 150 poundsterling. Keane sendiri mengungkap ia memang benci ke Haaland, tapi ia tak pernah berniat mencederai Haaland.
“Itu adalah tindakan. Itu sepak bola. Itu cara anjing yang melawan anjing. Saya sudah menghadapi banyak pemain dan saya tahu perbedaan antara menyakiti seseorang (dengan verbal) dan melukai seseorang. Saya tidak bermain untuk melukai Haaland.”
“Tidak ada perencanaan sebelumnya. Saya telah bermain melawan Haaland tiga atau empat kali antara pertandingan melawan Leeds, pada tahun 1997, ketika ia melukai saya dan pertandingan ketika saya menjegalnya, pada tahun 2001, ketika dia bermain untuk City. Jika aku orang gila yang ingin membalas dendam, mengapa aku harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapat kesempatan melukainya?,” terang Keane sebagaimana dikutip Daniel Taylor dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Roy Keane: I didn’t Mean to Deliberately Injure Alf Inge Haaland (2014).