Kota Wuhan Lockdown akibat COVID-19 dalam Memori Hari Ini, 23 Januari 2020
Warga Wuhan hari berbelanja kebutuhan sehari-hari dari balik pagar setelah kota itu ditutup akibat penyebaran virus COVID-19. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 23 Januari 2020, pemerintah China memilih opsi penutupan wilayah (lockdown) untuk Kota Wuhan. Opsi itu diambil untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ke seantero dunia. Sekalipun langkah pencegahan yang diambil China cenderung terlambat.

Sebelumnya, Wuhan dikenal sebagai muara penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus itu kemudian menyebar dengan cepat, dari Wuhan hingga dunia.

Nama Li Wenliang kerap muncul sebagai sosok penting dalam kehadiran pandemi COVID-19. Dokter spesialis mata itu jadi orang pertama yang mendeteksi virus corona di Wuhan. Mulanya ia terkejut dengan hasil lab dari seorang pasiennya yang terinfeksi virus.

Li menganggap virus yang diderita pasiennya virus berbahaya. Ia mengaitkan virus itu sebagai tipe baru virus sindrom penapasan akut (SARS). Hasil analisisnya itu disebarkan lewat platform media sosial We Chat pada 30 Desember 2019.

Orang-orang beraktivitas dengan masker untuk menghindari penularan virus corona di China. (Unsplash/Cheng Feng)

Informasi itu kemudian menghebohkan seisi China. Kota Wuhan pun dilanda kepanikan. Pemerintah China pun ambil sikap. Informasi yang disebarkan Li dianggap berbahaya dan sesat. Semuanya karena informasi yang disebar telah mengganggu ketertiban umum.

Perjuangan Li pun membawakan hasil. Sekalipun mulanya mendapat tentangan. Komisi Kesehatan Wuhan mulai angkat bicara terkait virus berbahaya di laman resminya. Kondisi itu juga membuat Kantor Cabang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencium kehadiran virus berhaya di Wuhan.

Kala itu angka penularan virus corona sedang tinggi-tingginya. Bahkan, virus itu mulai dideteksi keluar dari wuhan. Alhasil, kepanikan melanda dunia. Orang-orang pun sibuk memikirkan ajian untuk bertahan hidup.

“Polisi yakin virus ini belum dipastikan merupakan SARS. Mereka percaya saya menyebarkan rumor. Mereka meminta saya untuk mengakui bahwa saya bersalah. Saya merasa dianiaya, namun saya harus menerimanya.”

“Jelas sekali saya bertindak atas dasar niat baik. Saya merasa sangat sedih melihat begitu banyak orang kehilangan orang yang mereka cintai,” terang Li sebagaimana dikutip Elsie Chen dalam artikel berjudul He Warned of Coronavirus. Here’s What He Told Us Before He Died (2020).

Virus corona yang hadir di Wuhan. (Unsplash/CDC)

Kehadiran virus yang kemudian dikenal dengan COVID-19 membuat seisi dunia menekan China mengambil tindakan. China diminta untuk segera melakukan upaya yang dapat memutus mata rantai penyebaran virus. Opsi penutupan wilayah Wuhan pun diambil China pada 23 Januari 2020.

Penutupan itu membuat warga Wuhan panik. Mereka kemudian menyerbu pusat perbelanjaan untuk mengisi bekal selama lockdown. Opsi lockdown pun disambut dengan penuh apresiasi oleh negara dunia. Sekalipun langkah itu cenderung terlambat karena COVID-19 sudah hadir dan menyebar dibanyak negara.

“Rasa panik telah menyebar di Wuhan ketika kota berpenduduk 11 juta orang di Tiongkok itu dikunci dalam upaya untuk mengkarantina virus mematikan yang diyakini berasal dari sana. Pada hari Kamis, pihak berwenang melarang semua jaringan transportasi dari kota tersebut.”

“Mereka menangguhkan bus, sistem kereta bawah tanah, feri, dan menutup bandara dan stasiun kereta api bagi penumpang yang berangkat. Huanggang dan Ezhou yang berada di dekatnya menghentikan sementara bus, kereta bawah tanah, dan feri serta menutup bandara dan stasiun kereta api bagi penumpang yang berangkat,” terang Lily Kuo dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Coronavirus: Panic and Anger in Wuhan as China Orders City into Lockdown (2020).