JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 27 Januari 2020, Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto remehkan virus corona (COVID-19). Terawan beranggapan penularan virus corona tak sebesar yang digembar-gemporkan dunia. Rakyat Indonesia dimintanya tak panik.
Sebelumnya, virus corona dideteksi pertama kali hadir di Kota Wuhan. Penularannya pun cepat. Seisi dunia mulanya ogah panik. Beberapa di antaranya justru meremehkan bahaya virus dari Wuhan. Antisipasi virus corona masuk pun tak dilakukan.
Kehebohan melanda seisi Wuhan, China di akhir Desember 2019. Berita terkait adanya tipe baru dari virus sindrom pernapasan akut (SARS) jadi muaranya. Berita penyebarannya membawa kepanikan di seantero China, kemudian dunia.
Gembar-gembor virus corona berbahaya mengisi halaman berita di mana-mana. Masalah baru pun muncul. Virus yang kemudian dikenal dengan nama COVID-19 itu dideteksi mulai menyebar ke luar China. Negara Asia macam Korea Selatan (Korsel) dan Singapura mulai kebagian sial.
Namun, tak semua negara langsung membentengi diri untuk melakukan langkah antisipasi. Beberapa negara di dunia justru meremehkan virus corona. Ada yang beranggapan virus corona cuma mengakibatkan flu biasa. Ada pula yang beranggapan corona adalah akal-akalan China.
Anggapan lainnya virus corona takkan menular di negara mayoritas Islam. Asumsi itu muncul karena corona dianggap sebagai azab karena pemerintah China zalim kepada kelompok Muslim Uighur. Nyatanya, virus corona tak mengenal agama.
“Masalahnya, virus corona tidak pandang agama. Warga Wuhan tidak hanya penganut Tao atau ateis-komunis, ada catatan resmi tentang Muslim Hui Wuhan yang wafat terkena wabah corona. Populasi Muslim Hui Wuhan saja hampir dua persen dari total penduduk 11 juta, mereka memiliki empat masjid utama di Wuhan.”
“Ketika virus corona menyebar secara global terlihat jelas virus corona tidak memedulikan agama. Banyak warga negara berpenduduk Muslim seperti Iran, Indonesia, Malaysia, Mesir, Turki dan seterusnya juga terkena. Sebelumnya, beberapa media online berorientasi Islam menyebarkan fake news (berita bohong) Turki sebagai negara bebas virus Corona,” terang Azumardi Azra dalam buku Ragam Perspektif Dampak COVID-19 (2021).
Ketidakpedulian akan virus corona mulanya tak hanya ditunjukkan negara adidaya Amerika Serikat (AS) di bawah kuasa Donald Trump. Indonesia yang notabene negara dengan mayoritas Muslim ikut meremehkan.
Narasi itu bahkan dilontarkan langsung oleh Menkes Terawan pada 27 Januari 2020, atau beberapa hari setelah Kota Wuhan di karantina wilayah (lockdown). Terawan mengunggap virus corona tak seperti yang digembar-gembor oleh media. Angka penularannya justru kecil dan tiada yang perlu ditakutkan.
BACA JUGA:
Rakyat Indonesia dimintanya untuk jangan panik. Upaya meremehkan itu menjalar ke pejabat negara lainnya. Banyak di antara pejabat yang ikut meremehkan virus corona. Bahkan, ada yang berkelakar virus corona takkan bisa masuk Indonesia karena perizinan yang berbelit-belit. Hasilnya, pemerintah kelabakan melawan penularan virus corona.
“Pada 27 Januari, Menkes, Terawan memberikan pernyataan di Kantor Kementerian Perhubungan. Dari 1,4 milyar penduduk sana ya paling dua ribuan (yang terkena virus Corona). Dua ribu dari 1,4 milyar itu kan kayak apa.”
“Karena itu pencegahannya jangan panik, jangan resah. Enjoy saja, makan yang cukup, Pada hari yang sama, Presiden menyampaikan optimismenya bahwa virus tidak terdeteksi di Indonesia. Sayangnya pemyataan tersebut tidak disertai dengan upaya sungguh-sungguh untuk melakukan tes,” ujar Wijayanto dan Didik J. Rachbini dalam buku Demokrasi di Era Digital (2021).