Momen Maruarar Sirait Gagal Jadi Menteri
Maruarar Sirait, politikus PDIP yang mundur dari partai tersebut pada 15 Januari 2024 saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Oktober 2023. (Instagram/@maruararsirait)

Bagikan:

JAKARTA - Jalan Joko Widodo (Jokowi) jadi Capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak mulus. Jokowi harus menggeser nama besar Megawati Soekarnoputri. Upaya itu tak mampu dilakukan Jokowi seorang diri untuk berlaga di Pilpres 2014.

Maruarar Sirait pun ambil bagian. Pria yang akrab disapa Ara melihat sosok Jokowi lebih menjanjikan kemenangan, ketimbang Megawati. Ia mampu mendesak PDIP mengusung Jokowi dan menang. Namun, ia ketiban sial. PDIP tak pernah merestuinya jadi menteri.

Urusan pemilihan Capres untuk berlaga di kontestasi politik Pilpres tak pernah mudah. Partai berlambang banteng moncong putih pernah merasakannya pada Pilpres 2014. PDIP kala itu memiliki dua kandidat tokoh kuat yang siap diusung sebagai Capres.

Pertama, mantan Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri. Kedua, Gubernur DKI Jakarta, Jokowi. Kondisi itu membuat kader PDIP terbelah jadi dua poros. Beberapa kader loyal memilih untuk mendukung penuh Megawati.

Politikus yang juga kader PDIP dari 1999-2024, Maruarar Sirait. (Antara)

Kader lainnya tak mau kalah. Mereka memilih Jokowi sebagai pembawa harapan baru. Sekalipun pesimisme sempat hadir di antara penduduk Jokowi. Sebab, Jokowi hanya kader, sedang Megawati adalah Ketua Umum PDIP.

Peta pemilihan Capres PDIP kemudian berubah kala sosok seperti Maruarar Sirait bergabung ke barisan pendukung Jokowi. Ara dan tokoh lainnya gigih meminta petinggi PDIP untuk mencalonkan Jokowi sebagai Capres.

Pertimbangan itu karena sosok Jokowi sedang naik daun dan populer. Pun Jokowi tak pernah kalah dalam kontestasi politik, dari Pilkada Solo hingga Pilgub Jakarta. Ara yang telah bergabung dengan PDIP sedari 1999 menyakini Jokowi sebagai pilihan terbaik yang dimiliki PDIP, dibanding memajukan Megawati kembali seperti Pilpres sebelumnya.

Perjuangan Ara dan kader PDIP lainnya membawakan hasil. Megawati pun mengalah dan ikut memberikan restu kepada Jokowi yang kemudian berdampingan dengan Jusuf Kalla (JK). Keduanya jadi Capres dan Cawapres yang diusung PDIP.

Hasilnya gemilang. Jokowi-JK dapat menang dalam Pilpres 2014 mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.  

“Ara adalah pendukung Jokowi yang gigih. Bersama dengan Eva Kusuma Sundari dan Rieke Diah Pitaloka, namanya kembali disebut saat terpental dari jajaran Kabinet kerja. Seperti yang dikemukakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), ketiga politisi muda itu, sangat berjasa terhadap Jokowi. Ahok mengungkap: saya kira Ibu Eva, Rieke, Ara kan salah satu yang terbaik yang kita punya. Mereka sangat all out bantu Pak Jokowi.”

“Di luar tim 11, Ara adalah orang yang mendesak PDI Perjuangan agar mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden. Saking ngototnya, Ara sempat mendatangi Puan Maharani dan mengancam akan menggelar KLB (Kongres Luar Biasa) PDIP jika Megawati tidak bersedia merestui Jokowi sebagai Capres,” terang Hendra Budiman dalam buku Para Pembisik Jokowi (2015).

Gagal Jadi Menteri

Kedekatan Ara dan Jokowi pun tak perlu diragukan. Jokowi yang sudah menjabat sebagai Presiden Indonesia mulai menyusun nama-nama menteri yang akan membantunya dalam menjalankan pemerintahan. Nama Ara pun santer terdengar akan diangkat jadi menteri.

Ara digadang-gadang akan mengisi jabatan macam Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Keinginan Jokowi itu terlihat kala Ara ikut dipanggil bersama calon menteri lainnya pada 26 Oktober 2014. Alias, sehari sebelum pelantikan menteri Kabinet Kerja.

Masalah muncul. Ara tak mendapatkan restu dari PDIP dan Megawati untuk jadi menteri. Narasi itu digaungkan karena siapa saja calon menteri dari PDIP harus direstui petinggi partai. Sebab, partai memiliki mekanismenya sendiri dalam menentukan menteri.

Ara pun gagal menempati posisi menteri. Mirisnya nama Ara justru dicoret satu jam sebelum Kabinet Kerja diumumkan. Padahal, Ara sudah berada di Istana Negara dan mengenakan kemeja putih, sama seperti calon menteri lainnya.

Maruarar Sirait pernah gagal jadi menteri dalam Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Jokowi. (Antara/Darwin Fatir)

Fakta itu membuktikan bahwa memiliki hubungan baik dengan Jokowi saja tak cukup. Semua kader PDIP harus tunduk dengan mekanisme partai, termasuk dalam pemilihan sebagai menteri. Jokowi pun mencoba meninggikan semangat Ara. Jokowi menyebut Ara tetap akan ikut serta membantunya dengan jabatan lain.

"Memang nama calon menteri yang berasal dari parpol tidak bisa dihindarkan. Sebenarnya Maruarar sangat dekat dengan Jokowi.”

“Jokowi tidak berkesempatan memilih calon menteri dari parpol, karena parpol sudah memiliki nama yang harus dipilih. Ini saya kira yang menyebabkan nama Maruarar terlempar di menit akhir," ujar Eksekutif Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi sebagaimana dikutip laman detik.com, 27 Oktober 2014.