Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 12 tahun yang lalu, 11 Desember 2011, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Amanat Nasional (PAN) hasilkan rekomendasi Hatta Rajasa sebagai capres Indonesia pada Pilpres 2014. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dianggap sosok yang tepat memimpin Indonesia oleh segenap kader PAN.

Sebelumnya, Hatta dikenal sebagai pengusaha yang banting setir jadi politisi. Karier politiknya bukan abal-abal. Ia memilih PAN sebagai kendaraan politiknya. Karier politiknya moncer. Bahkan, hingga jadi menteri.

Hatta Rajasa telah lama memimpikan mendapat gelar insinyur perminyakan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Mulanya Hatta ingin mengabdi kepada almamaternya sebagai dosen. Mimpinya ingin mencerdaskan anak bangsa. Namun, rencana itu meleset.

Goresan kehidupan justru membawanya jadi teknisi perminyakan. Kariernya terus moncer di dunia perminyakan. Hatta pernah tercatat sebagai petinggi di perusahaan pengeboran minyak. Antara lain menjabat sebagai Wakil Manajer Teknik PT. Meta Epsi (1980-1982), kemudian Direktur Utama PT. Arthindo Group (1982-1999).

Masalah muncul. Hatta merasa kurang cocok hidup sebagai pengusaha. Ia justru tertantang untuk masuk dalam gelanggang politik Indonesia. Kiprahnya pun ditandai dengan masuknya Hatta ke PAN era 2000-an.

Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla dalam Debat Cawapres Pemilu 2014. (Dok. KPU)

Ia mendapatkan jabatan penting di PAN sebagai ketua departemen sumber daya alam dan energi. Karier politiknya pun melejit. PAN mampu menjelma jadi kendaraan politik yang tepat bagi Hatta. Ia mampu meraih posisi penting dalam karier politiknya: menteri.

Hatta pernah tercatat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia (Menristek) era Megawati Soekarnoputri. Kemudian, ia juga pernah mencicipi jabatan menteri di era pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dari Menteri Perhubungan hingga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Kuasa itu karena Hatta dianggap cakap sebagai pejabat publik. Pun kemudian ia juga mampu meraih posisi sebagai Ketua Umum PAN sedari 2010.

“Untuk mencapai itu perlu adanya fungsi koordinatif. Begitu saya serah terima jabatan, misalnya, saya mengatakan bahwa saya akan melakukan pola yang dijalankan saya. Setiap pekan mengadakan rapat pimpinan. Jadwalnya setiap satu hari setelah rapat kabinet. Karena saya akan memberikan briefing hasil-hasil rapat kabinet yang harus segera ditindaklanjuti.”

“Dua hari sebelum rapat kabinet, semua weekly report harus masuk. Saya terbuka 24 jam. Jadi, tidak ada alasan bagi pejabat yang tidak bisa menghubungi saya atau tidak sempat memberikan laporan karena saya sibuk. Yang kedua, harus ada trust building di departemen ini,” terang Hatta Rajasa sebagaimana dikutip Nurdin Kalim dan kawan-kawan di Majalah Tempo berjudul Pelayanan itu Pekerjaan Seumur Hidup (2004).

Kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PAN dan menteri disambut hangat pengikutnya. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PAN seluruh Indonesia kerap menyanjungnya.

Puncaknya, DPW dan DPD PAN merekomendasikannya sebagai Capres Indonesia pada Pilpres 2014. Penetapan itu dilanggengkan dalam acara Rakernas PAN di Arena PRJ, Jakarta pada 11 Desember 2011. Dukungan terhadap Hatta sengaja dilakukan sedini mungkin.

Semuanya karena Hatta diberikan waktu untuk mempesiapkan diri dan programnya sebagai capres pada Pipres 2014. Sekalipun kemudian lobi-lobi politik membuat posisinya sebagai capres meleset. Ia justru muncul sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto melawan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

"Hatta Rajasa ketika ditanya soal kesiapannya menjadi calon presiden pada 2014, jawabannya masih selalu maju mundur. Insya Allah melalui momentum Rakernas ini akan kita daulat dan Hatta menyatakan siap maju sebagai calon presiden," ungkap pendiri PAN, Amien Rais sebagaimana dikutip Antara, 11 Desember 2011.