Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 16 Mei 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk Chairul Tanjung (CT) sebagai Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Perkonomian). SBY menilai CT memiliki kapasitas dan kecakapan membangun ekonomi Indonesia.

Sebelumnya, keinginan Hatta Rajasa mendampingi Capres Prabowo Subianto sebagai cawapres dalam Pemilu 2014 sudah final. Hatta memilih untuk menghindari konflik kepentingan dengan mundur dari jabatan Menko Perekonomian. Pemerintah pun buru-buru cari pengganti.

Seisi Indonesia menyambut hadirnya Pilpres 2014. Pilpres itu dikatakan spesial karena Presiden SBY menjamin dirinya akan netral dalam kontestasi politik. Ia tak memihak kepada kubu A atau B. Sekalipun kemudian kandidat capres mengerucut ke kedua nama.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memajukan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Sedang Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) memajukan Prabowo Subianto. Kedua mesin partai mulai mencari cawapres. Pencarian itu dilakukan dengan teliti.

Presiden SBY memberikan keterangan terkait pengunduran diri Menko Perekonomian, Hatta Rajasa dan memperkenalkan penggantinya Chairul Tanjung pada 16 Mei 2014. (Antara)

Partai-partai pengusung butuh waktu untuk berpikir figur yang cakap juga mampu mendulang banyak suara dalam proses pesta demokrasi 9 Juli 2014 mendatang. Pilihan cawapres akhirnya final. Jokowi diduetkan dengan Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Menko Perekonomian, Hatta Rajasa.

Hatta tak langsung menerima pinangan Prabowo. Ia memilih untuk mundur sebagai Menteri di Pemerintahan SBY lebih dulu. Semua itu karena aturan yang tersedia kala itu, pejabat negara yang ingin jadi capres dan cawapres harus mengundurkan diri.

Mereka diharuskan pula mendapatkan restu presiden. Keputusan mundur itu diambil Hatta pada 13 Mei 2014. Presiden SBY pun menerima keputusan Hatta. Meski, pemerintah harus kalang-kabut mencari pengganti Hatta. Sebab, mencari calon menteri yang cakap untuk sisa jabatan bukan hal yang mudah.

"Sebagai Menteri yang masih aktif tentu saya harus melaporkan kepada Bapak Presiden. Dan pula sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pejabat negara menteri dalam ikut serta dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, ketentuannya harus mengajukan pengunduran diri. Dan mendapatkan izin dari Presiden," kata Hatta sebagaimana dikutip laman VOA Indonesia, 14 Mei 2014.

Pemerintah pun benar-benar kalang-kabut. Empunya kuasa memang sudah membaca kemungkinan Hatta maju sebagai cawapres. Namun, untuk benar-bener terpilih soal mendamping salah satu capres lain soal.

Presiden SBY lalu mencari penggantinya. Nama pengusaha sekaligus Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung muncul jadi kandidat yang paling kuat. Akhirnya, Presiden SBY lalu menunjuk CT sebagai Menko Perekonian yang baru pada 16 Mei 2014.

SBY menilai CT memiliki kapasitas besar membawa ekonomi Indonesia bertumbuh. SBY meyakini label CT sebagai salah satu orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes bukan sembarang orang. Apalagi CT telah banyak membantu SBY sebagai jadi Ketua Komite KEN.

Chairul Tanjung yang pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian era 19 Mei 2014-20 Oktober 2014. (Antara)

CT juga jadi orang yang ikut menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sederet alasan itu membuat pemerintah optimis CT dapat menjalankan jabatannya dengan baik. CT pun kemudian baru resmi dilantik sebagai Menko Perekonomian pada 19 Mei 2014.

"Saya telah mengambil keputusan mengangkat Pak CT menjadi Menko Perekonomian yang baru. Termasuk pandangannya agar kebijakan yang ditempuh pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu saya pandang tepat Pak CT menggantikan Pak Hatta menjadi Menko Perekonomian bersama saya 6 bulan mendatang," jelas SBY sebagaimana dikutip laman Liputan6.com, 16 Mei 2014.