Bagikan:

JAKARTA - Konglomerat Chairul Tanjung menyebut bisnis penyiaran saat ini tidak butuh modal yang besar. Menurutnya, beberapa dekade silam mungkin seorang pengusaha butuh dana hingga miliaran rupiah untuk membuat sebuah produk penyiaran seperti televisi, namun sekarang modal yang dibutuhkan bisa dimulai dari Rp5 jutaan.

Menurut pria yang akrab disapa CT itu, peluang berbisnis yang terbuka saat ini adalah produk TV digital. Hanya bermodal beberapa kamera yang harganya sekitar Rp5 jutaan, kata ayah dari Putri Tanjung itu, sudah bisa melakukan bisnis menjanjikan.

"Padahal dulu butuh dana hingga ratusan miliar rupiah tetapi kini dengan mudah bisa memanfaatkan kanal digital semacam YouTube. Seperti saya sebut di awal, hidup seperti kue donat. Orang optimistis dapat rotinya, meski mungkin sedikit tetapi yang pesimistis dapat bolongnya," kata Chairul Tanjung dikutip dari Antara, Senin 8 Februari.

Ia juga mengemukakan bahwa setiap daerah dan media punya tantangan dan peluang berbeda-beda.

"Dan secara teori ini tidak ada, misalnya hadapi sebuah tantangan harus langkah A atau B. Setiap tantangan pasti ada jalan keluarnya. Jadi jalan keluar sebuah tantangan harus dicari yang disesuaikan dengan karakter daerah dan media masing-masing," ujar CT.

Lebih lanjut ia menyebut, ada tiga kiat bertahan bagi pelaku dunia usaha di era pandemi COVID-19. Menurut pemilik perusahaan media Trans Corp ini, pertama selalu menjaga optimisme, kedua mampu menangkap peluang sekecil apapun, dan ketiga ciptakan peluang.

Pendiri konglomerasi CT Corp ini, mengibaratkan, kondisi saat ini seperti berjalan di lorong gelap yang masih mencari-cari titik cahaya di ujung sana karena belum ada kepastian kapan pandemi COVID-19 berakhir.

"Ada yang bilang pandemi berakhir dua tahun, empat tahun atau 10 tahun lagi, saat ini kita tidak tahu kapan berakhir," kata pria yang akrab dipanggil CT itu, dikutip dari Antara, Senin 8 Februari.

Oleh sebab itu, kata taipan terkaya nomor sembilan di Indonesia ini, kiat utama bagi pelaku usaha adalah selalu menjaga optimisme. Dengan menjaga optimisme itu, masih menurut dia, maka ke depannya akan mampu melihat berbagai peluang sekecil apapun.

"Sudah menjadi hukumnya bahwa setiap krisis maka peluang pasti kian mengecil. Nah ini terkait kiat kedua, sekecil apapun peluang itu harus ditangkap," papar mantan Menko Perekonomian yang menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 20 Oktober 2014.

Jika karena kondisi pandemi kian menutupi celah bisnis, termasuk di dunia media massa, maka kiat ketiga adalah ciptakan peluang usaha.

"Jika peluang tak ada, apa yang harus dilakukan? Maka ciptakan peluang usaha. Inilah prinsip jika mau jadi entrepreneur (wirausahawan)," ujar pria yang lahir di Jakarta, 16 Juni 1962.

CT mengakui bahwa memang hal itu gampang diucapkan tetapi tak mudah dikerjakan. Tetapi, dengan diawali optimisme maka ia yakin semua bisa dikerjakan.