Chairul Tanjung Akan Akuisisi Bank Harda, Pemilik Sebelumnya Pernah Jual Produk Ilegal
Konglomerat Chairul Tanjung. (Foto: Instagram @forbesindonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Konglomerat Chairul Tanjung sebentar lagi akan menjadi pemilik saham mayoritas PT. Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Besok, Jumat 29 Januari, Bank Harda akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di mana salah satu agendanya adalah mengesahkan pengambilalihan perseroan kepada PT. Mega Corpora.

Sebelumnya, sebagian besar saham Bank Harda Internasional dikuasai oleh PT. Hakim Putra Perkasa (HPP). Namun, beberapa waktu lalu, PT. HPP sepakat melepas 3,08 miliar saham atau 73,71 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan ke PT. Mega Corpora, perusahaan milik Chairul Tanjung.

Perlu diketahui, PT. Hakim Putra Perkasa yang digawangi oleh Jefry Hakim pernah mengebohkan industri perbankan karena menjual produk ilegal non-bank berupa forward trade confirm (FTC).

Produk tersebut berhasil diendus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2020, atau lima tahun setelah FTC dipasarkan ke publik. Kala itu, FTC dipasarkan melalui pegawai Bank Harda tanpa sepengetahuan manajemen dengan langsung diinstruksikan oleh PT. HPP.

FTC merupakan perjanjian jual beli saham Bank Harda melalui PT. Hakim Putra Perkasa (HPP) selaku pemegang saham terbesar bank tersebut. Penjualan FTC yang dilakukan oknum Bank Harda termasuk ilegal sebab bukan merupakan produk bank.

Menurut laporan Bisnis Indonesia yang dikutip VOI, Kamis 28 Januari, PT. HPP tidak hanya menjual produk FTC melalui Bank Harda. Akan tetapi, juga menawarkan sejumlah investasi yang dipasarkan melalui oknum bank tersebut.

Selain itu, PT. HPP juga menawarkan investasi di beberapa anak usahanya yang lain, mengingat Perusahaan tersebut tak hanya memiliki satu perusahaan jasa keuangan. Tercatat, ada dua Bank Perkreditan Rakyat milik PT. Hakim Putra Perkasa.

PT. HPP juga diketahui memiliki anak usaha yang bergerak di sektor selain perbankan, seperti industri otomotif (PT. Asean Motor Internasional), pertambangan (PT. Alter Abadi, pembiayaan investasi (PT. Varia Intra Finance, dan PT. Varia Intraperkasa), dan perantara perdagangan efek (PT. Varia Inti Sekuritas).