JAKARTA – Memori hari ini, 29 tahun yang lalu, 1 November 1994, klub Basket NBA, Chicago Bulls pensiunkan nomor punggung 23 milik mantan bintang kesohornya, Michael Jordan. Upaya itu dilanggengkan menyusul satu tahun lalu Jordan memilih untuk pensiun.
Sebelumnya, Jordan dikenal sebagai pebasket berbakat di Chicago Bulls. Ia tak saja mampu membawa Chicago Bulls jadi jawara, tapi juga mampu menambah gairah tontonan kompetisi NBA. Pun banyak yang menyebut Jordan adalah salah satu legenda hidup basket dunia.
Kerja keras takkan mengkhianati hasil. Itulah yang semangat yang dipegang oleh Michael Jordan. Ia mantap memilih jalan hidup sebagai pemain basket. Kepercayaan diri itu semakin meninggi kala membela tim kampusnya, Universitas North Carolina.
Aksinya bermain basket memukau banyak mata. Kegemilangan itu membawakan hasil. Ia mampu menembus masuk NBA pada 1984. Kala itu ia dipinang oleh Chicago Bulls. Ia pun resmi mengenakan nomor punggung 23.
Jordan tak langsung mempersembahkan gelar juara pada musim pertamanya bersama Chicago Bulls. Namun, perlahan-lahan Jordan menantang dirinya untuk menjadi yang terbaik. Statistik permainannya kian meningkat. Ia mampu mencetak banyak poin untuk timnya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Michael mampu mempersembahkan tiga gelar juara berturut-turut. Dari 1991 hingga 1993. Gelar juara itu mampu membuktikan kapasitasnya sebagai bintang basket dunia. Berkah pun mendekatinya. Tawaran iklan dan main film berdatangan.
Kehidupan Jordan baru berubah kala ayahnya meninggal dunia. Kepergian sang ayah di puncak kariernya membuat Michael kehilangan arah. Ia bak tak memiliki motivasi. Alih-alih motivasi, semangat bermain basket, suatu hal yang disayangi mulai berkurang drastis.
Jordan pun mengambil keputusan yang menggemparkan seisi dunia. Ia memilih pensiun pada Oktober 1993.
“Semua itu menggambarkan kerinduan pada seorang Michael Jordan. Sejak kepergiannya, kompetisi NBA bagai kehilangan daya tarik. Ini ditandai dengan melorotnya penjualan tiket, turunnya rating siaran basket di TV, dan surutnya penjualan merchandise. Dia memang sebuah keajaiban.”
“Lelaki kelahiran Brooklyn, New York, 17 Februari 1963, ini membuat NBA lebih populer di seluruh dunia. Sepanjang kariernya, Jordan telah berhasil membawa Chicago Bulls meraih tiga gelar juara NBA (dan tiga lagi setelah kembali dari pensiun era 1996, 1997, dan 1998). Dia juga menyabet lima gelar pemain terbaik babak reguler dan enam gelar pemain terbaik babak final. Jangan lupa, Jordan juga ikut menyumbangkan dua medali emas Olimpiade bagi Amerika Serikat,” tulis Nurdin Saleh dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Merindukan Jordan (2004).
Jordan yang memilih pensiun mengubah segalanya. Kompetisi NBA bak kehilangan pesona. Demikian pula dengan Chicago Bulls. Klub yang membesarkan namanya pun ikut merasa kehilangan. Namun, kehilangan Chicago Bulls tak membuat rasa hormat klub kepada Jordan berkurang.
Setahun setelah Jordan memilih untuk pensiun, Chicago pun mengadakan acara penghormatan atas kepergiannya. Chicago Bull kemudian melakukan upacara untuk mempensiunkan nomor punggung Jordan, 23 pada 1 November 1994.
Acara itu berlangsung dengan haru. Jordan, pelatih, dan pemain Chicago Bulls larut dalam suka cita. Sekalipun Jordan akhirnya memilih untuk kembali ke panggung NBA bersama Chicago pada 1995.
“Di awal November 1994, ketika Jordan telah pensiun untuk pertama kalinya, timnya mengadakan penghormatan kepada Jordan. Chicago Bulls mengadakan sebuah upacara untuk pensiunkan nomor punggung Jordan 23 di Amerika Tengah.”
“Seperti yang pertama dibayangkan, pensiun itu adalah menjadi malam penuh keintiman dan kehangatan yang melibatkan Jordan, pelatih, dan rekan-rekan setimnya, dan para penggemar. Jordan memiliki perjalanan mengesankan bersama Chicago Bulls. Tim itu telah mengikuti Jordan setiap lompatan besarnya,” terang Roland Lazenby dalam buku Blood on the Horns (2013).