Bagikan:

JAKARTA - Penghinaan terhadap Pancasila oleh penyanyi dangdut Surkianih, yang punya nama panggung Zaskia Gotik, menghebohkan seisi Nusantara. Penyanyi yang terkenal dengan Goyang Itik berkelakar menyebut lambang sila kelima dari Pancasila adalah bebek nungging.

Banyak yang setuju ia dihukum dengan ketentuan yang berlaku. Namun, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berpandangan lain. Alih-alih memilih jalur hukum, Zaskia justru dijadikan Duta Pancasila. Keinginan itu didasarkan supaya seisi Indonesia belajar dan memahami Pancasila kembali.

Pancasila tak lahir dengan sendirinya. Sila-sila yang kemudian jadi dasar negara Indonesia adalah buah perenungan panjang Soekarno. Pria yang akrab disapa Bung Karno itu telah merasakan manis pahitnya hidup di era penjajahan Belanda, kemudian Jepang.

Laku hidup sebagai bagian bangsa terjajah mengilhaminya menuliskan butir-butir Pancasila. Rumusan Pancasila terus berdiam dalam sanubarinya. Buah perenungannya baru digelorakan ke muka umum di Gedung Chuo Sangi, Pejambon, Jakarta pada 1 Juni 1945.

Ia menguraikan satu demi satu sila yang dimaksudnya dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pertama, kebangsaan Indonesia. kedua, internasionalisme atau perikemanusiaan. Ketiga, mufakat atau demokrasi. Keempat, kesejahteraan sosial. Kelima, ketuhanan.

Bung Karno saat pertama kali berpidato soal Pancasila di Gedung Chuo Sangi, Pejambon, Jakarta pada 1 Juni 1945. (Wikimedia Commons)

Pidatonya disambut dengan gegap gempita. Mereka yang hadir terkagum-kagum dengan lima butir Pancasila yang diucapkan Bung Karno. Namun, narasi Pancasila sebagai dasar negara belum final. Sejumlah tokoh bangsa sepakat Pancasila dirumuskan kembali.

Mereka membentuk panitia khusus. Panitia Sembilan, namanya. Panitia kecil yang berisi Sembilan orang itu diwakili dari kelompok agama hingga ideologi yang berbeda. Beberapa butir Pancasila coba dikembangkan dan disusun kembali.

Hasilnya, rumusan Pancasila yang final lahir. Ketuhanan Yang Maha Esa jadi fondasi utama Pancasila yang menghidupkan sila-sila yang lain. Rumusan Pancasila yang baru itu resmi disahkan sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, atau pada 18 Agustus 1945.

“Menurut pidato Soekarno kelima sila itu urutannya ialah: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau peri kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Panitia Sembilan mengubah susunannya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa jadi yang pertama sebagai sila yang mempersatukan seluruhnya.”

“Sila kedua diganti menjadi sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga disebut sila persatuan Indonesia untuk menegaskan kepada orang-orang Jepang, bahwa Indonesia mau bersatu, tidak mau dibagi-bagi, sila keempat itu ialah sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila kelima ialah sila keadilan sosial,” terang Bung Hatta dalam buku Mohammad Hatta: Memoir (1979).

Polemik Zaskia Gotik Duta Pancasila

Kehadiran Pancasila jadi dasar negara diamini oleh segenap rakyat Indonesia. Pun posisi Pancasila jadi sakral seisi Nusantara. Barang siapa yang menyalahgunakan atau mengartikan Pancasila dengan semaunya akan dibanjiri kecaman.

Kecamanan bahkan tak hanya berlaku pada level jelata. Sebab, kala Presiden Indonesia kedua, Soeharto mencoba menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan politiknya dikecam habis-habisan oleh segenap tokoh bangsa yang bergabung dalam Petisi 50 pada 1980-an. Dari Ali Sadikin hingga A.H. Nasution.

Kecaman juga diarahkan kepada mereka yang menjadikan Pancasila sebagai kelakar (lawakan). Kasus penyanyi Dangdut, Zaskia Gotik, misalnya. Zaskia melontarkan kelakar terkait penyebutan tanggal Kemerdekaan Indonesia pada 32 Agustus dan lambang sila kelima adalah bebek nungging.

Perisai Pancasila dengan lima lambang yang berada di dalamnya. (Wikimedia Commons)

Pernyataan itu diungkapnya dalam sebuah acara kuis di salah satu stasiun televisi nasional pada 15 Maret 2016. Alih-alih kelakarnya disambut dengan tawa gembira, Zaskia justru mendapatkan kecaman dari berbagai macam pihak. Apalagi tayangan itu disaksikan segenap rakyat Indonesia.

Banyak yang melaporkan Zaskia ke pihak berwenang. Namun, ada juga yang tak setuju dengan masalah itu harus ditangani lewat ranah hukum. PKB, misalnya. Partai berlambang bola dunia itu punya pandangan lain.

Masalah Zaskia tak dapat diselesaikan dengan hukum, tapi dengan cara-cara lebih persuasif. Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Abdul Kadir Karding mengungkap supaya rakyat Indonesia memaafkan Zaskia.

Menurutnya, masalah yang dialami Zaskia menyiratkan fakta bahwa banyak masyarakat Indonesia yang tak memahami Pancasila. Fraksi PKB kemudian mengangkat Zaskia sebagai Duta Pancasila. Supaya Zaskia mau belajar terkait Pancasila, pikirnya.

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Abdul Kadir Karding yang menjabat dari 2014-2019. (mpr.go.id)

Keinginan itu karena Zaskia telah dikenal luas di dunia hiburan Indonesia. Karding berharap sosialisasi nilai dan makna Pancasila dapat berjalan lebih masif, dibanding jika disosialisasikan oleh pejabat negara sendiri. Segenap rakyat pun menganggap alasan itu tak cukup sehingga kecaman kemudian diarahkan ke PKB.

"Pengangkatan Zaskia sebagai duta dikandung maksud agar dia mau belajar, berubah dan memperbaiki diri. Juga diharapkan agar Zaskia turut mensosialisasikan Pancasila. Karena sosialisasi yang dilakukan para artis akan lebih gambang dipublikasikan oleh media dibanding politisi", kata Karding sebagaimana dikutip laman MPR, 9 April 2016.