Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, delapan tahun yang lalu, 25 April 2015, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meresmikan patung masa kecil mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat. Kehadiran patung itu dianggap Ahok dapat menginspirasi anak-anak untuk rajin membaca buku.

Sebelumnya, Gus Dur dikenal sebagai pecinta buka sejati. Ia pun mampu tumbuh sebagai insan cerdas Karena banyak membaca buku.

Buku adalah jendela dua. Itulah pandangan diamini oleh Gus Dur. Membaca buku telah menjadi hobinya sedari kecil. Ia membaca buku apa saja, tak melulu buku agama. Aktivitas itu dilanggengkan di mana-mana. Dari membaca buku di taman hingga di halte bus.

Kecintaannya akan buku menjadikan Gus Dur dapat membaca lebih banyak di banding rekan-rekan sebayanya. Apalagi Gus Dur mengakui wawasannya semakin bertambah luas karena buku. Keluwesannya dalam membaca buku juga semakin menjadi-jadi kala ia berkuliah di luar negeri.

Kala ia menimbah ilmu di Universitas Al Azhar, Mesir, misalnya. Ia kerap menganggap ruang kelas tak begitu menarik untuk didatangi. Lain halnya jika ke perpustakaan. Ia merasa ilmu di ruang kelas hanya berkutat dengan materi yang tak jauh beda dengan yang didapatkannya di Indonesia.

. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menjabat dari 2014 hingga 2017. (Wikimedia Commons)

Malahan ia justru bisa mendapatkan banyak tambahan ilmu dari aktivitasnya membaca. Kebiasaan membaca pun berdampak positif dalam hidup Gus Dur. Ia mampu berdiri menilai suatu masalah dengan ragam sudut pandang.

Pisau ukurnya bukan lagi perkara bermanfaat atau tidak, tapi dapat ke mana-mana. Semuanya terbukti ketika ia menjadi Orang Nomor Satu Indonesia. Kemampuan Gus Dur menimbang suatu kasus kerap keluar dari pendapat mayoritas. Sekalipun banyak yang menolak.

“Kepergian Gus Dur belajar ke luar negeri, baik di Timur Tengah maupun di Eropa dan Kanada, tampaknya memberikan pengaruh signifikan bagi kesadaran akan Islam yang lebih terbuka dan membumi. Di kampus Al Azhar, Gus Dur tidak terlalu aktif kuliah di kelas dengan alasan hampir semua mata kuliah yang diajarkan di kampus Al Azhar sudah dipelajarinya di pesantren ketika di Indonesia.”

“Karena itu, ketika di Mesir, Gus Dur lebih banyak membaca berbagai buku di perpustakaan di luar kampus, khususnya di perpustakaan Kedutaan Amerika Serikat di Kairo. Hobi membaca komik dan novel, menonton film, dan mendengarkan musik klasik juga berlanjut ketika ia berada di Kairo,” terang Ahmad Suaedi dalam buku Gus Dur, Islam Nusantara & Kewarganegaraan Bineka (2018).

Hobi membaca Gus Dur pun mampu menginspirasi banyak pihak. Gubernur DKI Jakarta, Ahok jadi salah satu orang yang kepincut. Ia ingin semua anak-anak Jakarta dapat terinspirasi dari sosok Gus Dur yang gemar membaca.

Selain membaca, Gus Dur juga dikenal suka menulis artikel. (nu.or.id)

Sebagai keseriusan, Ahok pun turun langsung meresmikan patung masa kecil Gus Dur di Taman Amir Hamzah pada 25 April 2015. Patung yang terbuat dari perunggu setinggi 1,2 meter dengan penyangga berupa batu candi setinggi 80 cm dianggap mampu memberikan inspirasi kepada anak-anak di sekitar Menteng.

“Pada masa Ahok jadi gubernur, patung Gus Dur diresmikan. Tempatnya di Taman Amir Hamzah. Patung tersebut memotret sosok Gus Dur yang masih berusia 9 tahun dalam pose membaca buku. Dibuatnya patung di daerah itu karena mempunyai nilai historis, yaitu pada masa kecil Gus Dur suka main sepak bola di situ,” ujar M. Iqbal Dawami dalam buku Ubahlah Duniamu (2022).