JAKARTA - Ketertarikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap dunia militer tiada dua. Ia pun memiliki cita-cita jadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Belajar dan kerja keras jadi ajiannya. Alhasil, SBY mampu menjelma sebagai lulusan terbaik Akabri (Akademi Militer: Akmil).
Perjalanan karier SBY pun diikuti anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Segala tindak-tanduk SBY, utamanya dalam kedisiplinan diadopsi. Hasilnya gemilang. AHY mampu menyamai prestasi ayahnya sebagai lulusan terbaik Akmil dan mendapat anugerah Adhi Makayasa.
Pengorbanan paling besar seorang warga negara adalah mengabdi bagi nusa dan bangsa. Narasi itu diamini oleh SBY sedari kecil. Ayahnya, Raden Soekotjo yang mengabdikan diri sebagai tentara jadi inspirasi.
Alih-alih tak memberikan izin, ayahnya justru mendukung penuh mimpi anaknya. Kedisiplinan dan kejujuran ditekankan kepada SBY. Buahnya, anak Pacitan itu tumbuh menjadi insan cerdas dan bertanggung jawab.
Belakangan, SBY tergolong siswa berprestasi. Ia mampu unggul dalam segala bidang, utamanya olahraga dan seni. Kekagumannya akan TNI makin menjadi-jadi kala ia mengunjungi Akademi Militer Nasional (kini: Akmil) saat liburan sekolah.
Ia makin kagum dengan laku hidup sebagai prajurit. SBY tak sabaran. Selepas SMA ia ingin segera masuk Akmil. Namun, malang tak dapat ditolak. SBY telat mendaftar. Sebagai gantinya, SBY memilih untuk masuk kuliah terlebih dahulu di Fakultas Teknik Mesin, Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), kemudian pindah ke Pendidikan Guru Lanjutan Pertama di Malang.
Dewi fortuna menghampiri SBY ketika di Malang pada 1969. Ia mendaftarkan dirinya untuk masuk Akmil di Malang. Ia lolos ujian penyaringan tahap awal dan mengikuti ujian lanjutan di Bandung. Ketekunan dan kerja kerasnya membawa hasil.
SBY secara paripurna diterima di Akmil Magelang yang dipimpin oleh Sarwo Edhie (kemudian jadi mertua SBY) pada 1970. Setelahnya, ia muncul sebagai lulusan Akmil terbaik dan berhak menyandang anugerah Adhi Makayasa.
“Asal tahu saja, ketekunan SBY menggeluti bidang militer tak pernah setengah hati. Usai merampungkan Akabri tahun 1973, berbagai pendidikan untuk menggenapi keahliannya dalam militer tidak pernah ia tinggalkan. Dimulai dari kursus Dasar Kecabangan Infanteri dan Kursus Dasar Prajurit pada tahun 1974.”
“Kursus Bahasa Inggris dilakoninya tahun 1975. Kemudian pada tahun 1976, ia sempat belajar di American Language Course di Texas dan Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Amerika Serikat. Dalam rentang tahun 1982 hingga 1985, SBY sempat mengikuti beberapa kursus militer,” ungkap Femi Adi Soepeno dalam buku Indonesia Memilih (2009).
AHY Ikuti Jejak Ayahnya
Buah tak jauh jatuh dari pohon. Ketekunan dan kedisiplinan SBY diikuti oleh putra sulungnya, AHY. Ia mampu mengikuti jejak SBY mengabdi bagi nusa dan bangsa. Pun AHY sempat merasakan ikut pindah ke Dili, Timor-Timur (kini: Timor Leste) karena SBY ditugaskan sebagai Komandan Batalion Satuan Tempur dalam Operasi Seroja pada 1979.
Alhasil, SBY dan keluarga hidup kompleks militer sederhana di Dili. Penugasan itu acap kali terpatri dalam ingatan AHY dan menjadi alasannya masuk ke dunia militer. Sekalipun AHY masih anak-anak. Lebih lagi, ia termotivasi karena banyak anggota keluarga besarnya ikut tergabung dalam militer. Dari kakek (Sarwo Edhie) hingga ayahnya.
AHY pun memahami bahwa memantapkan karier di dunia militer adalah tujuan mulia. Sekalipun harus menemui kekurangan dan keterbatasan. Baginya, menjadi tentara berarti siap untuk berdidikasi tanpa mengenal batas.
Narasi itulah yang kemudian membuat AHY merajut mimpinya masuk militer lewat Akmil. Sebagaimana ayahnya, AHY tak mengalami kesulitan masuk Akmil. Apalagi, AHY termasuk murid berprestasi ketika SMA. Hasilnya gemilang. AHY mampu menyamai pencapaian ayahnya keluar sebagai lulusan terbaik Akmil. Ia juga berhak mendapat anugerah Adhi Makayasa pada 2000.
“Setelah tampil meyakinkan sebagai lulusan SMA Taruna Nusantara, Magelang 1997. AHY kembali menyabet penghargaan sebagai lulusan terbaik Akademi Militer pada tahun 2000. Untuk itu, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978, ini berhak menyandang anugerah Adhi Makayasa. Anugerah yang sama pernah diterima ayahandanya, SBY, sebagai lulusan terbaik Akademi Militer Nasional pada 1973.”
“Maka, jangan heran jika menemukan foto bapak-anak ini pada satu dinding di gedung utama Akademi Militer, Magelang. Karier militer AHY pasca pendidikan pun memiliki ‘plot’ hampir serupa dengan bapaknya. Setamat Akmil, ia langsung bertugas di kesatuan elite Batalion Infantri (Yonif) 305 Kostrad di Karawang,” terang Garda Maeswara dalam buku Cikeas Menjawab (2010).