10 Januari dalam Sejarah: Kunjungan Bersejarah Raja Yordania ke Israel
Raja Yordania (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Raja Hussein dari Yordania melakukan kunjungan publik pertamanya ke kota terbesar di Israel, Tel Aviv pada 10 Januari 1996. Kunjungan itu mengindikasikan semakin mesranya hubungan antara kedua negara sejak dua tahun silam menandatangani perjanjian damai.

Sang raja, yang merupakan seorang pilot berpengalaman, menerbangkan helikopternya sendiri ke pangkalan udara Sde Dov dekat Tel Aviv. Di sana ia disambut dengan Perdana Menteri Israel Shimon Peres. 

Ini merupakan kunjungan pertama Hussein sejak kedua negara menyatakan perdamaian pada 26 Oktober 1994. Untuk itu Peres, dalam pertemuannya dengan Hussein turut menyinggung para negosiator yang menjadi perantara terjadinya perdamaian tersebut.

"Kami masih menghadapi semua jenis tantangan. Yang terbesar salah satunya adalah tidak membiarkan prospek perdamaian yang cepat berlalu begitu saja," kata Peres dikutip BBC.

"Saya ingin mengatakan betapa bahagianya kami memiliki kesempatan untuk bersama teman-teman kami, mitra kami dalam membangun dan meletakkan dasar untuk perdamaian yang komprehensif di wilayah ini," dijawab Hussein.

Perjanjian damai

Israel dan Yordania mengakhiri perang selama 46 tahun dengan perjanjian damai pada tahun 1994 yang didukung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton. Kesepakatan itu mengundang kecaman dari warga Yordania yang 60 persennya merupakan bangsa Palestina.

Pejabat organisasi pembebasan Palestina (PLO) mengkritik kunjungan Hussein tersebut. Mereka bilang ia seharusnya mengunjungi daratan yang berada di bawah pemerintahan Palestina.

Pasukan keamanan tingkat tinggi dikerahkan dalam kunjungan tersebut. Sekitar 6.000 polisi Israel dikerahkan untuk melindunginya, dan pusat Tel Aviv ditutup sementara. 

Ribuan orang Israel menyaksikan Hussein lewat. Mereka menyambutnya dengan antusias. Beberapa orang Yahudi terlihat mengacungkan spanduk bendera Yordania dan menyapa sang raja dengan bahasa Arab.

Raja Hussein memang mengadakan pembicaraan dengan Peres. Namun para diplomat menekankan tujuan utama kunjungan itu adalah simbolis daripada politik.

Tentu saja keputusan sang raja dalam menormalisasi hubungan bilateral Yordania-Israel, memicu kemarahan sebagian warganya. Kendati demikian, Ḥussein terus mempertahankan perjanjian damai itu hingga menjelang akhir hayatnya. 

Hussein dikenal sebagai raja Yordania dengan masa pemerintahan terpanjang. Dirinya memerintah hingga tutup usia akibat penyakit kanker kelenjar getah bening pada 7 Februari 1999.