Bagikan:

JAKARTA - Setelah armada Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor hancur berantakan, hari ini, 8 Desember 79 tahun lalu atau pada 1941, Presiden AS Franklin Roosevelt mendeklarasikan perang untuk melawan Jepang. Sambil dituntun putranya James yang merupakan seorang kapten Marinir, sang presiden berjalan ke DPR pada siang hari untuk meminta deklarasi perang dan berbicara kepada seluruh rakyat AS lewat radio.

“Kemarin, 7 Desember 1941, Amerika Serikat tiba-tiba dan dengan sengaja diserang oleh angkatan laut dan udara Kekaisaran Jepang. Tidak peduli berapa lama waktu yang kami butuhkan untuk mengatasi invasi yang direncanakan ini, rakyat Amerika dengan kekuatan besarnya akan menang hingga mencapai kemenangan mutlak," kata Roosevelt dikutip History

Roosevelt mengakhiri pidatonya dengan ucapan sumpah, "Jadi, tolong kami Tuhan," katanya disambut tepuk tangan yang menggelegar. Dalam satu jam, Roosevelt mengantungi kesepakatan anggota Kongres untuk memulai perang, dengan hanya satu suara yang tidak setuju. Orang yang tak setuju itu yakni Jeannette Rankin, seorang anggota Kongres yang juga pernah menolak deklarasi perang terhadap Jerman selama Perang Dunia I. 

Franklin Roosevelt menandatangani deklarasi perang terhadap Jepang (Sumber: Wikimedia Commons)

Roosevelt menandatangani deklarasi tersebut pada pukul 16:10, mengenakan tanda hitam di lengannya sebagai simbol berkabung bagi mereka yang meninggal dunia di Pearl Harbor. Tiga hari kemudian, sekutu Jepang yaitu Jerman dan Italia, menyatakan perang melawan AS. 

Kelompok pertahanan sipil lalu dimobilisasi. Di New York, Wali Kota Fiorello LaGuardia memerintahkan penangkapan warga negara Jepang, yang diangkut ke Pulau Ellis dan ditahan tanpa batas waktu.

Sementara di California, laporan tentang aktivitas mata-mata yang dilakukan oleh orang Jepang-Amerika mengalir deras. Hal itu bahkan sampai membuat orang Jepang-Amerika membayar slot iklan di surat kabar untuk menyatakan kesetiaannya kepada AS.

Serangan Pearl Harbor

Pearl Harbor adalah pangkalan angkatan laut AS di dekat Honolulu, Hawaii. Rencana Jepang saat itu sederhana: menghancurkan Armada Pasifik. Dengan begitu, AS tidak akan bisa melawan saat angkatan bersenjata Jepang menyebar ke seluruh Pasifik Selatan. Setelah berbulan-bulan melakukan perencanaan dan berlatih, Jepang melancarkan serangan mereka.

Tepat sebelum jam 8 pada pagi itu, ratusan pesawat tempur Jepang turun di pangkalan tersebut, di mana mereka berhasil menghancurkan atau merusak hampir 20 kapal angkatan laut AS, termasuk delapan kapal perang dan lebih dari 300 pesawat terbang. Lebih dari 2.400 orang AS tewas dalam serangan itu, termasuk warga sipil, dan 1.000 orang lainnya cedera. 

Tidak ada yang percaya bahwa Jepang akan memulai perang dengan menyerang pulau-pulau Hawaii yang jauh. Selain itu, pejabat intelijen Amerika yakin bahwa setiap serangan Jepang akan terjadi di salah satu koloni Eropa yang relatif terdekat di Pasifik Selatan seperti Hindia Belanda, Singapura atau Indochina.

Karena para pemimpin militer AS tidak mengira adanya serangan yang begitu dekat, fasilitas angkatan laut di Pearl Harbor relatif tidak dijaga. Hampir seluruh Armada Pasifik ditempatkan di sekitar Pulau Ford di pelabuhan. Oleh karena itu, Pearl Harbor menjadi sasaran empuk Jepang.

Pearl Harbor (Sumber: Wikimedia Commons)