Bagikan:

JAKARTA – Presiden Soekarno tak pernah pernah pusing soal makanan. Seleranya sederhana. Ia menyukai segala macam makanan khas Nusantara. Sayur daun singkong apalagi. Saban hari Presiden Indonesia pertama yang akrab disapa Bung Karno itu gemar menyantap sayur daun singkong.

Menu itu paling tidak harus ada di meja makannya. Pun ia kerap mempromosikan sayur daun singkong kepada tamu negara. Semuanya karena Bung Karno menyakini daun singkong mengandung gizi tinggi. Bung Karno bahkan menganjurkan rakyat Indonesia menanam singkong. Murah pula.

Soekarno menyukai momentum berada di atas meja makan. Ia senang melihat makanan diletakkan satu demi satu di atas meja. Apalagi makanan itu diatur secara menarik. Ia segera mengagumi langsung keindahan dalam tiap keteraturan sajian makanan.

Keteraturan itu akan semakin paripurna ketika makanan yang dihidangkan adalah makanan khas Indonesia. Nafsu makannya dapat langsung meningkat. Setelahnya, diskusi menarik pun tersaji.

Beda hal jika Bung Karno melihat makanan dari barat yang terhidang. Empunya makanan akan dimaki-maki olehnya. Baginya, menghidangkan makanan luar negeri sama dengan mengkerdilkan gairah rasa yang menggugah dari makanan lokal.

Presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati. (Wikimedia Commons)

Sikap antimakanan barat itu sesuai dengan tindak-tanduk Bung Karno sehari-hari. Ia kerap minta untuk dimasakan makanan sederhana. Sayurannya pun disesuaikan dengan tanaman yang ada di halaman rumah. Berkali-kali ia menekankan ia tak menyantap makanan mahal.

Penuturan itu diamini oleh Istrinya, Fatmawati. Ibu dari Megawati itu tak pernah dibuat pusing oleh selera makan suaminya. Wanita yang akrab disapa Ibu Fat kadang kala memasak sendiri makanan untuk Bung Besar. Ia pun sampai hafal makanan-makanan yang kerap mengisi meja makan.

“Sebelum staf rumah tangga kepresidenan terbentuk, aku memasak sendiri untuk keluarga. Bung Karno selalu meminta supaya aku sendiri yang memasak makanan yang menjadi kesukaannya seperti lodeh rebung, rendang, balado ikan, pecel, tempe goreng, sambel lele, gado-gado, ikan teri goreng, ikan kuning, pepes daun singkong, dan lain-lain.”

“Enam bulan sesudah aku tinggal di Gedung Kepresidenan (Yogyakarta) ini, barulah terbentuk staf rumah tangga, dengan perlengkapannya. Dapur umum untuk pegawai dan dapur khusus untuk keperluan resepsi-resepsi. Ruangan dalam dipergunakan untuk resepsi dan kantor kabinet. Di belakang dari ruang resepsi itu terdapat ruang dinner (jamuan besar),” ungkap Ibu Fat dalam buku Catatan kecil bersama Bung Karno (2016).

Sayur Daun Singkong

Boleh jadi Presiden Soekarno menyukai banyak makanan khas Indonesia. Namun, tiada makanan yang membuat Bung Karno jatuh cinta seperti menikmati sayur daun singkong. Menu itu harus ada tiap kali Bung Karno makan.

Kegemarannya kepada daun singkong muda coba ditularkannya kepada kerabatnya. Perlahan-lahan, keinginan Soekarno mempromosikan daun singkong muda mulai meluas. Segenap rakyat Indonesia diminta untuk menanam singkong. Demi kecukupan gizi, pikirnya.

Bung Karno selalu meminta sayur daun singkong muda dihidangkan tiap ada tamu negara. Mereka yang mencicipinya pun mengaku suka dan bangga. Sebab, Bung Karno disebut-sebut sebagai presiden pertama yang memperkenalkan sayur daun singkong muda kepada mereka.

Namun, permintaan Presiden Soekarno untuk dihidangkan daun singkong muda suatu ketika sempat membuat pusing juru masak istana. Mereka kebingungan ketika tak menemukan lagi daun singkong muda. Alih-alih tak jadi masak, juru masak lalu memberi Presiden Soekarno sayur daun singkong tua.

Sayur gulai daun singkong kegemaran Presiden Soekarno. (Asian Food Network)

Bung Besar pun tak kuasa menahan amarah. Sebab, yang mintanya adalah makanan yang cukup sederhana. Apalagi Jakarta adalah kawasan yang luas. Yang mana, tak mungkin seluruh tempat memiliki pohon singkong dengan daun tua.

“Memang, ya, agak kebangetan. Masa iya seluruh Jakarta tidak ada daun singkong yang masih muda? Apa sebab Bung Karno suka sayur daun singkong? Kata Bung Karno, daun singkong itu, seperti halnya daun pakis, gizinya hebat sekali, nomor satu di dunia. Semua sayuran gizinya kalah dengan daun singkong. Ini menurut penyelidikan dari sebuah laboratorium di luar negeri. Kebetulan, rasanya juga wnak menurut selera orang Indonesia.”

“Melihat pemilihan Bung Karno terhadap makanan, apakah itu daun singkong, tempe, tahu, atau madu sekalipun, jelas disebabkan karena makanan-makanan itu banyak mengandung gizi, Apalagi, bagi orang seperti Bung Karno yang bekerja berat, keras, dengan menggunakan otak, beliau sangat memerlukan tambathan kalori,” tulis Agus Dermawan T. dalam buku Dongeng dari Dullah (2020).