Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, tiga tahun yang lalu, 14 Juli 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkenalkan visi barunya setelah terpilih kembali sebagai orang nomor satu Indonesia. Ia mengungkapnya dalam sebuah pidato bertajuk Visi Indonesia di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat.

Jokowi menyoroti banyak hal. Dari pecat pejabat lambat hingga menghajar pungli-pungli perizinan. Semua itu dianggapnya sebagai muara kegagalan. Investor gagal berinvestasi, sedang Indonesia tak dapat apa-apa.

Kemenangan Jokowi dalam kontestasi pemilihan presiden 2019 disambut dengan gegap gempita. Rakyat Indonesia lagi-lagi mempercayakan tajuk kepemimpinan Indonesia kepada Jokowi. Kepercayaan itu ingin segera dibayarnya. Ia memilih SICC sebagai lokasi yang tepat untuk menguraikan visi misinya pada periode kedua. Pidato berjudul Visi Indonesia pun dikemukannya di mimbar pada 14 Juli 2019.

Jokowi menyebut rakyat Indonesia sudah seharusnya menyadari bahwa perkembangan lingkungan global sangat dinamis. Artinya, fenomena yang ada di depan akan penuh dengan tantangan, resiko, dan kompleksitas yang tinggi.

Jokowi di hadapan massa pendukungnya di SICC Bogor, 14 Juli 2019. (Twitter@jokowi)

Jokowi mengajak segenap rakyat Indonesi untuk terus menemukan model maupun cara baru. Langkah itu dilakukan untuk dapat menaklukkan tiap masalah dengan senjata baru pula. Inovasi namanya. Cara-cara lama yang tidak praktis sudah waktunya untuk ditinggalkan, pikirnya.

Semuanya butuh komitmen yang serius. Urusan situasi yang penuh dinamika harusnya disikapi dengan bijak. Pembangunan harus digalakkan. Supaya Indonesia memiliki daya saing. Berani mencari tahu masalah, dan berani untuk mengambil tindakan tegas.

“Fenomena global yang ciri-cirinya kita ketahui, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita.Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi.”

“Dan kita semuanya harus mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola pemerintahan. Yang sudah tidak efektif, kita buat menjadi efektif! Yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien!” ungkap Jokowi sebagaimana disiarkan Official NET News dalam Youtubenya.

Ia memahami bahwa memperoleh perubahan tak mudah. Banyak yang harus benahi. Jokowi pun bersiasat. Reformasi birokrasi dipilihnya. Langkah itu bertujuan untuk segera membuka keran investasi seluas-luasnya.

Jokowi berjanji untuk memberantas pungli dan memecat pejabat yang lambat dalam melayani masyarakat. (Twitter@jokowi)

Segalanya macam yang menghambat investasi diperanginya.  Antara lain, Jokowi ingin memangkas pungli-pungli, pejabat lambat, dan lembaga bermasalah.

“Sangat penting bagi kita untuk mereformasi birokrasi kita. Reformasi struktural! Agar lembaga semakin sederhana, semakin simpel, semakin lincah! Hati-hati! Kalau pola pikir, mindset birokrasi tidak berubah, saya pastikan akan saya pangkas!”

“Kecepatan melayani, kecepatan memberikan izin, menjadi kunci bagi reformasi birokrasi. Akan saya cek sendiri! Akan saya kontrol sendiri! Begitu saya lihat tidak efisien atau tidak efektif, saya pastikan akan saya pangkas, copot pejabatnya. Kalau ada lembaga yang tidak bermanfaat dan bermasalah, akan saya bubarkan!” tambah Jokowi saat itu.