Bagikan:

JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Prancis meluncurkan film Une Barque Sur L’Ocean. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempromosi destinasi wisata dan kebudayaan Indonesia di Prancis.

Melansir laman resmi Kemenparekraf, Minggu, 26 Juli, peluncuran film itu sekaligus sebagai wujud realisasi kerja sama Indonesia-Prancis dalam dunia perfilman. Pemutaran film perdana ini dilaksanakan pada Sabtu kemarin di Cinema Le Balzac, Paris.

Duta Besar Paris, Arrmanatha C. Nasir menyampaikan, kerja sama antara Indonesia dan Prancis di dunia perfilman telah berlangsung cukup lama dan berjalan dengan sangat baik tiap tahunnya. 

“Film merupakan salah satu sarana untuk mempromosikan destinasi wisata serta potensi alam dan budaya Indonesia. Destinasi wisata dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia sangat menarik untuk dijadikan latar pembuatan film,” ujar Arrmanatha. 

Arrmanatha juga mengapresiasi kinerja sutradara dan para kru film. Dia berharap, ini menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan produksi film dengan berlatar belakang destinasi wisata Indonesia, khususnya kekayaan alam dan kebudayaannya.

Acara ini merupakan kerja sama antara KBRI dengan Kantor Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) Prancis untuk mendukung peluncuran pemutaran film dengan latar dan budaya Bali karya Arnold de Parscau, Une Barque Sur L’Océan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Paris, Prof. Warsito, mengatakan kegiatan ini selaras dengan peningkatan kerja sama bidang pendidikan yang selama ini telah terjalin dengan beberapa lembaga pendidikan vokasi dan perguruan tinggi Prancis di bidang pariwisata.

Sementara itu, Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) Prancis, Eka Moncarre menambahkan kerja sama pendidikan bidang pariwisata itu juga menjadi salah satu prioritas dalam program peringatan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia – Prancis. 

“Kegiatan ini juga menjadi media promosi budaya dan destinasi wisata di Indonesia, mengingat turis Eropa ke Indonesia yang terbanyak kedua berasal dari Prancis,” ujar Eka.

Film ini merupakan perpaduan antara dua budaya yang sangat berbeda, tersurat melalui kisah cinta antara Eka seorang pemuda Bali berusia 25 tahun yang tinggal di sebuah desa kecil di Bali utara dan Margaux, seorang mahasiswi Prancis jurusan musik piano. 

Kisah cintanya membawa Eka terpikat dengan dunia seni musik yang ingin ia taklukkan dan membuatnya berharap akan kehidupan baru yang jauh dari kemiskinan dan lingkungannya yang keras. Jatuh bangun Eka menuju kesuksesan adalah sebuah perjalanan yang membingungkan sekaligus tragis. 

Pemutaran film ini dihadiri sekitar 250 orang yang terdiri dari para aktor, sutradara, tamu undangan KBRI Paris, dan para penonton. Walaupun kapasitas gedung mencapai 400 orang, namun jumlah penonton dibatasi sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku dalam masa adaptasi kebiasaan baru.