4 Alasan Pakaian <i>Basic</i> untuk Pria Harganya Lebih Mahal
Ilustrasi pakaian basic pria (Unsplash/Syed Maaz)

Bagikan:

JAKARTA – Pakaian basic dipahami sebagai jenis pakaian yang bisa dipakai sepanjang musim, cuaca, dan situasi. Pakaian basic untuk pria antara lain kaus, celana panjang, celana pendek, kaos kaki, pakaian dalam, sweater atau jenis outer lainnya.

Dalam memilih pakaian basic diikuti kesadaran, semakin baik kualitasnya maka semakin lama bisa dipakai. Ini alasan pertama mengapa pakaian dasar untuk pria lebih ‘mahal’ ketimbang pakaian wanita yang lebih rumit meskipun bisa dipukul rata dengan kesadaran sustainable fashion.

Bagi kebanyakan pria, dilansir Ape to Gentleman, Sabtu, 4 September, mereka siap membayar lebih untuk kebutuhan dasar karena basic outfits telah menjadi badian inti dari penampilan.

Baik penampilan kasual maupun penampilan formal, “Kebutuhan dasar seperti ini saya pikir telah siap untuk membayar lebih,” ungkap Alessandro Sartori, direktur artistic Zegna.

Alasan kedua, pria berpakaian lebih santai dan pakaian basic jadi kebutuhan yang jauh lebih besar dibandingkan jenis yang banyak tetapi berlebihan.

Alasan ketiga, pilihan bahan, jenis pewarna, potongan, dan detil pada celana, denim misalnya, menjadi pertimbangan penting dalam memilih pakaian basic untuk pria. Seperti celana denim seharga Rp.500.000 – Rp.1 juta harus mencakup pertimbangan tersebut.

Celana jeans dengan harga segitu bisa dipakai bertahun-tahun. Terutama jika hanya perlu dipadukan dengan sepatu kets maupun dilengkapi jas.

Alasan keempat, proses produksi juga diperhatikan. Semakin nyaman, maka teknologi yang dipakai semakin mutakhir. Misalnya, proses rajutan benang untuk t-shirt dengan cara tubular membuatnya lebih lembut dan nyaman menempel di kulit.

Contoh lainnya, teknik loop-wheel memungkinkan kaus tidak mudah melar meski sering dicuci. Sedangkan kaos kaki dengan bagian kaki terhubung memiliki kualitas yang layak untuk dibayar ekstra.

Apakah 4 alasan di atas termasuk pertimbangan Anda dalam berbelanja pakaian? Yang perlu dipikirkan adalah, semakin sedikit belanja barang dengan kualitas tahunan maka semakin sedikit pakaian tak terpakai teronggok menjadi sampah rumah tangga.