Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah siswa sekolah menengah Korea Utara yang kedapatan bernyanyi dan menari mengikuti lagu boygroup Korea Selatan BTS ditangkap. Menurut laporan pers Korea Selatan, saat ini mereka sedang diselidiki.

Sebuah sumber di Provinsi Pyongan Selatan Korea Utara mengatakan, para siswa adalah peserta pelatihan The Red Youth Guard Korea Utara yang sedang beristirahat dari pelatihan, Seoul Pyongyang News melaporkan. The Red Youth Guard adalah organisasi milisi kadet remaja Korea Utara.

Para siswa Sekolah Menengah Anju itu sedang mendengarkan lagu hit BTS, Blood, Sweat & Tears pada pemutar MP3 dan menyanyikan liriknya, kata sumber tersebut.

Sebuah cabang lokal Partai Buruh Korea Utara dan keamanan negara diberitahu tentang kegiatan tersebut. Para siswa saat ini diselidiki karena terlibat dalam "ideologi dan budaya reaksioner," yang melanggar hukum Korea Utara.

Pada bulan Desember Korea Utara mengeluarkan undang-undang yang menentang ideologi dan budaya reaksioner, yang mengacu pada arus informasi dari dunia luar, termasuk media hiburan dan siaran Korea Selatan.

Sumber SP News mengatakan, lagu-lagu BTS sedang menikmati "popularitas eksplosif" di kalangan pemuda Korea Utara.

"Mereka juga tahu bahwa BTS adalah penyanyi muda Korea Selatan, bahwa mereka telah menduduki puncak tangga lagu Billboard berkali-kali, sesuatu yang tidak dilakukan banyak artis," kata sumber Korea Utara.

Sumber itu juga mengatakan, anak muda Korea Utara menyukai lagu-lagu BTS karena liriknya yang bermakna yang memberitahu pendengar untuk "mencintai diri mereka sendiri."

Warga Korea Utara yang diindoktrinasi untuk setia kepada negara "terkejut" mendengar pesan perawatan diri bagi individu tersebut, kata sumber tersebut, menurut SP News.

Lagu BTS Blood, Sweat & Tears juga disebutkan dalam laporan tahun 2020 dari layanan berita Korea Selatan Daily NK.

Sebuah sumber militer Korea Utara mengatakan kepada kantor berita tahun lalu bahwa tiga tentara berusia 20-an "berpesta" dengan lagu itu dan ditangkap.

Buku Putih Korea Selatan tentang Hak Asasi Manusia di Korea Utara yang diterbitkan bulan lalu mengatakan rezim telah memperkuat hukuman bagi warga yang tertangkap melihat media luar.