<i>Cardiac Arrest</i>, Kondisi Henti Jantung yang Penanganannya Harus Cepat dan Tepat
Ilustrasi training penanganan cardiac arrest (Freepik/Rawpixel)

Bagikan:

JAKARTA – Jantung merupakan organ inti tubuh, ketika mengalami satu hal maka bisa memengaruhi kondisinya.

Melansir VOI hari ini, Senin 14 Juni, pesepak bola Denmark Christian Eriksen diduga mengalami cardiac arrest ketika berlaga melawan Finlandia di Stadion Parken, Kopenhagen pada Sabtu, 12 Juni malam.

Martin Boesen mengatakan Eriksen terbaring menyamping ketika Dokter timnas Denmark tersebut tiba di lapangan. Eriksen masih bernapas, jantungnya masih berdetak dan dengan segera melakukan tindakan CPR (Cardio Pulmonary Resucitation). Apa penyebab kondisi jantung yang dialami Christian Eriksen?

Cardiac arrest adalah kondisi henti jantung yang penanganannya harus berlomba dengan waktu. Karena terjadi secara tiba-tiba, kondisi kegagalan fungsi jantung ini dikenal juga dengan sudden cardiac arrest.

Dilansir Kompas, Prof. A. Purba, Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengatakan bahwa kondisi henti jantung bisa disebabkan berbagai hal.

“Kalau kita temukan seperti itu, kita berlomba dengan waktu. Sebab meninggalnya seseorang karena cardiac arrest bukan karena tidak ada ahli jantung atau bukan karena fasilitas UGD, tapi ditentukan siapa yang menemukan pertama kali,” terang Profesor Purba.

Beliau menambahkan bahwa jantung tidak boleh kekurangan oksigen dan kekurangan darah lebih dari 6 menit. Kondisi berhentinya fungsi jantung ini berbeda dengan serangan jantung. Sebab jantung yang berhenti bekerja dapat dipicu berbagai hal yang tak terduga.

Profesor Purba menjelaskan, cardiac arrest bisa disebabkan serangan angin duduk, penebalan dinding jantung atau kardiomiopati, kelainan sistem listrik jantung, kelainan pembuluh jantung akibat pengapuran, detak jantung meningkat signifikan, dan kelainan katup jantung.

Pencegahan cardiac arrest membutuhkan berbagai langkah. Paling utama adalah menjalani pola hidup sehat serta rutin melakukan medical check up. Bagi Anda yang berusia kurang dari 40 tahun, cukup melakukannya setahun sekali. Sedangkan usia 40 tahun ke atas dua kali setahun melakukan cek rutin.

Profesor Purba menambahkan, olahraga rutin perlu disesuaikan dengan kapasitas jantung masing-masing orang terutama yang bukan atlet. Sebab, memacu jantung untuk bekerja melebihi batas kemampuan dapat memicu berhentinya kerja jantung.

Berdasarkan rekomendasi ahli, olahraga untuk mencegah cardiac arrest sebaiknya jenis aerobik seperti jalan, renang, bersepeda setidaknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu dengan dursi 30 hingga 60 menit.  

Untuk menjalani pola hidup sehat, Anda juga perlu pandai-pandai mengelola stres sebab kesehatan organ tidak bisa lepas dari kondisi mental seseorang.