JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menyaksikan munculnya fenomena baru yang cukup mengkhawatirkan, yakni skinny influencer. Tren ini digaungkan oleh Liv Schmidt, konten kreator berusia 23 tahun. Ia sempat viral tahun lalu, karena konten-kontennya tentang tips untuk menjadi kurus.
Dilansir VOI dari laman USA Today pada Kamis, 16 Januari 2025, ia dikenal lewat video seperti “living slim in the city” dan “Holiday Meal Skinny Girl Guide.” Dengan unggahan akun Instagram yang menampilkan foto-foto apik dengan setelan olahraga serasi, berlatih Pilates, serta menikmati kehidupan malam di New York, Schmidt memasarkan tubuh ramping sebagai bagian penting dari menjadi seorang “it girl.”
Pada sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Schmidt mengungkapkan ideologinya tentang mengurangi asupan kalori dan mempertahankan kontennya.
Sementara sebagian besar kreator di bidang kebugaran dan gaya hidup menghindari hubungan langsung antara kesehatan dan tubuh ramping, Schmidt justru membangun platform dengan menyuarakan hal tersebut secara terang-terangan. Ia berhasil mengumpulkan ratusan ribu pengikut di TikTok sebelum akhirnya dilarang oleh TikTok pada bulan September.
Di salah satu video outfit, ia menulis, “Basic fit karena aksesori utama adalah rambut pirang dan tubuh kurus.” Di video lain, ia menambahkan, “Tolong jangan tanya bagaimana saya bisa kurus kalau kamu tidak siap dengan jawabannya.”
Pendukungnya mengatakan bahwa ia hanya mengungkapkan kebenaran. Namun para ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa konten semacam ini dapat mempengaruhi cara pandang pengguna muda terhadap citra tubuh dan memicu kebiasaan makan yang tidak sehat.
TikTok akhirnya melarang akun Schmidt karena melanggar pedoman komunitas, khususnya yang berkaitan dengan konten mempromosikan gangguan makan dan citra tubuh yang tidak sehat. Walaupun dilarang di TikTok, Schmidt tetap aktif di Instagram, menjual konten eksklusifnya, menggungah puluhan video baru di YouTube dengan judul-judul seperti “Bye bye thunder thighs… hello slim legs.”
TikTok telah menetapkan pedoman untuk membatasi konten yang berkaitan dengan penurunan berat badan yang berbahaya. Namun, banyak pengguna yang memutarbalikkan pedoman ini, dengan memposting konten dengan diet ekstrem bersama hashtag atau video “apa yang saya makan sehari-hari”, yang sering menggambarkan asupan kalori tidak sehat.
Menurut Lizzy Pope, seorang profesor di Universitas Vermont yang meneliti budaya diet di media sosial, ada perubahan besar dalam cara orang berbicara tentang tubuh ramping.
"Kami hampir melihat kembalinya pembicaraan terbuka tentang keinginan untuk menjadi kurus, sementara sebelumnya banyak orang lebih fokus pada ‘ingin lebih sehat, ingin menjalani hidup sehat.’ Saya melihat bahasa seperti ini semakin diterima,” kata Pope.
Menurut studi Universitas Vermont pada tahun 2022, konten mengenai makanan, nutrisi, dan berat badan yang paling banyak ditonton di TikTok justru memperkuat budaya diet yang beracun di kalangan remaja dan dewasa muda.
Pope, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa representasi budaya diet dan penurunan berat badan seringkali dianggap sebagai bagian dari hidup sehat.
Menurut Pope, masalah utama dalam mengikuti nasihat dari kreator non-ahli, adalah nasihat mereka seringkali tidak mempertimbangkan faktor genetik dan bisa menyesatkan dalam memahami bagaimana gangguan makan berkembang. Gangguan makan sering kali muncul secara bertahap, bukan instan.
Meskipun TikTok telah melarang, Pope tetap memperingatkan bahwa konten serupa akan terus bermunculan di platform lain selama tubuh ramping dianggap sebagai indikator status sosial dan kesehatan.
Pope mengingatkan orang tua agar mengasumsikan bahwa anak-anak mereka akan terpapar konten seperti ini, dan menyarankan untuk secara proaktif membicarakan topik diet dan menciptakan lingkungan rumah yang menekankan nilai-nilai selain penampilan fisik.
Ia juga menekankan pentingnya untuk tidak membuat asumsi tentang ukuran tubuh seseorang yang kurus, serta mengingatkan bahwa masalah muncul ketika seseorang memberikan nasihat tanpa dukungan medis tentang bagaimana menjadi kurus.
Cara terbaik untuk meminimalkan paparan konten seperti ini adalah dengan tidak berinteraksi dengan video-video tersebut, karena memberi komentar atau menyukai video justru akan membuat algoritma memperlihatkan konten serupa.
SEE ALSO:
Pope juga menyarankan untuk bekerja dalam menolak konten semacam ini agar budaya diet beracun tidak mempengaruhi kesehatan mental, serta mencari dukungan profesional seperti terapis dan ahli gizi, jika pemikiran tidak sehat terus berlanjut.