Bagikan:

JAKARTA - Orang dengan berat badan berlebih atau obesitas yang berolahraga secara teratur dalam jangka waktu lama terbukti akan memiliki lemak perut lebih sehat, dibandingkan dengan yang tidak berolahraga.

Hal ini didasari dari hasil studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism, yang disadur dari laman WebMD, Kamis, 12 September. Para peneliti mendefinisikan olahraga teratur dan jangka panjang dilakukan setidaknya empat kali per minggu selama setidaknya dua tahun.

“Temuan kami menunjukkan bahwa selain menjadi sarana  membakar kalori, berolahraga secara teratur selama beberapa bulan hingga tahun tampaknya mengubah jaringan lemak dengan cara yang memungkinkan Anda menyimpan lemak tubuh dengan lebih sehat jika atau ketika mengalami kenaikan berat badan. Seperti yang dialami hampir semua orang seiring bertambahnya usia,” kata peneliti Jeffrey Horowitz, PhD, seorang profesor ilmu gerakan di Fakultas Kinesiologi Universitas Michigan, dalam sebuah pernyataan.

Penelitian ini berskala kecil dan hanya melibatkan 32 orang dewasa yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, setengahnya adalah orang yang rutin berolahraga. Rata-rata indeks massa tubuh di antara mereka yang diteliti adalah sekitar 30, yang merupakan nilai awal seseorang dikatakan mengalami obesitas. (Indeks massa tubuh adalah perhitungan tinggi dan berat badan.) Orang-orang di setiap kelompok dicocokkan berdasarkan hal-hal seperti jenis kelamin, berat badan, dan massa lemak tubuh. Usia mereka berkisar antara 25 hingga 37 tahun.

Para peneliti mengambil sampel jaringan lemak perut dari tepat di bawah kulit dan menemukan ciri-ciri struktural dan biologis yang berbeda. Jaringan orang yang berolahraga memiliki kapasitas lebih besar menyimpan lemak tepat di bawah kulit di perut (jenis yang dapat dijepit dengan jari), dan jaringan itu berfungsi berbeda dari jaringan orang yang tidak berolahraga. 

Sampel jaringan kelompok olahraga cenderung memiliki lebih banyak pembuluh darah dan protein yang bermanfaat, dan perbedaan itu berarti lebih sedikit kemungkinan peradangan dan lebih sedikit jenis kolagen yang dapat mengganggu metabolisme.

Temuan ini penting karena tempat lemak disimpan dalam tubuh dapat memiliki dampak kesehatan berbeda. Lemak yang disimpan tepat di bawah kulit, dalam apa yang disebut jaringan adiposa subkutan, memiliki potensi lebih kecil untuk menimbulkan dampak kesehatan yang negatif, dibandingkan dengan ketika tubuh menyimpan lemak lebih dalam, seperti di sekitar atau bahkan di dalam organ. Lemak yang berpotensi beracun seperti itu disebut lemak visceral dan telah dikaitkan dengan penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

"Artinya adalah jika atau ketika orang mengalami kenaikan berat badan, lemak berlebih ini akan disimpan lebih 'sehat' di area di bawah kulit, daripada di jaringan lemak di sekitar organ mereka (lemak visceral) atau akumulasi lemak di organ itu sendiri, seperti hati atau jantung," kata Horowitz.