JAKARTA - Anak usia balita maupun prasekolah memiliki emosi yang cukup besar dalam diri. Di usia ini, anak baru saja mulai belajar mengelola emosi, menyampaikan perasaan secara efektif, memahami sudut pandang orang lain, serta menyelesaikan konflik.
Saat Anda melihat anak bersikap agresif seperti memukul, menggigit, merampas, atau berteriak, jangan cepat emosi atau menyalahkan diri, ya. Sebab, tindakan agresif merupakan bagian normal dari perkembangan anak kecil. Perilaku tersebut biasanya berasal dari keingintahuan alami dan dan kurangnya keterampilan bahasa, pengaturan emosi, dan pengendalian impuls.
Meski beberapa perilaku agresif cukup umum terjadi pada usia ini, tetapi ada taktik disiplin efektif yang dapat Anda gunakan untuk mengatasinya. Hal ini membantu membekali anak usia balita atau prasekolah dengan alat yang lebih tepat untuk memproses perasaan mereka dan menyampaikan pesan. Selain itu, pengendalian diri juga dapat ditingkatkan dengan strategi ini.
Tunjukkan ketidaksetujuan Anda
Begitu anak mulai mengepalkan tangannya, katakan dengan tenang dan tegas kalau mereka tidak boleh memukul. Pengendalian diri tidak mudah dilakukan pada usia ini, jadi Anda perlu mengulanginya lebih sering untuk menegaskan maksudnya. Namun, meski penting memberi tahu mereka agar berhenti, jangan bersikap terlalu keras saat menegur tindakan agresif mereka. Disadur dari Parents, Senin, 2 September, Anda harus menyatakan ketidaksetujuan dengan jelas sambil juga menghindari perilaku yang tidak semestinya diberikan saat menegur anak.
Pisahkan anak
Jauhkan anak dari situasi penyebab chaos. Bawa mereka ke sudut yang tenang dan jelaskan bahwa memukul atau menggigit tidak diperbolehkan. Ini akan memberi mereka waktu menenangkan diri. Selain itu, respons ini mengirimkan pesan bahwa perilaku agresif mengakibatkan mereka dipisahkan dari teman, mainan, atau aktivitas yang mereka nikmati sebelum memukul, menggigit, atau melakukan tindakan lain.
Intervensi
Jika memungkinkan, halangi serangan tersebut. Jika Anda melihat serangan akan datang, tangkap tangan balita di udara atau tutup mulut mereka dengan tangan. Penghentian yang dramatis ini tentu akan mengirimkan pesan bahwa perilaku ini tidak akan ditoleransi. Sekali lagi, jika tahu upaya mereka melakukan tindakan agresif akan dihentikan, lambat laun anak akan kehilangan minat bersikap agresif.
Minta maaf atas kesalahan anak
Jika anak memukul atau menggigit teman bermainnya, alihkan perhatian Anda kepada korban. Lihat apakah anak tersebut baik-baik saja, dan pastikan anak Anda mendengar Anda meminta maaf. Mereka akan melihat bahwa Anda tidak menyukai perilaku mereka dan mulai belajar berempati secara bertahap.
Jangan balas memukul atau menggigit
Memukul atau menggigit anak sebagai upaya menunjukkan “rasa sakit yang ditimbulkan” adalah cara yang tidak efektif menumbuhkan empati. Sebaliknya, hal itu menunjukkan bahwa perilaku agresif semacam ini dapat diterima ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai.
BACA JUGA:
Jangan pura-pura berkelahi
Meski bermain kasar bisa menyenangkan, hindari menggigit atau memukul saat bermain dengan anak yang rentan terhadap agresi. Jika anak memukul Anda, bereaksilah dengan cemberut atau wajah sedih. Anda bisa berkata, "Itu menyakitkan bagi." Jangan pernah menertawakan kekerasan. Anak kecil cenderung melihat segala sesuatu secara hitam dan putih, jadi jika "berpura-pura berkelahi" diperbolehkan, mereka akan kesulitan memahami mengapa perkelahian sebenarnya tidak diperbolehkan.
Dorong anak menggunakan kata-kata
Bantu anak balita menggunakan bahasa dan gerakan untuk berkomunikasi. Mereka mungkin dapat menunjuk gelas saat ingin minum susu atau mengucapkan kata-kata sederhana seperti "marah" saat mereka frustasi. Jika Anda menghargai usaha mereka mengungkapkan perasaan a secara verbal, anak pada akhirnya akan belajar bahwa kata-kata adalah cara yang lebih efektif dan dapat diterima secara sosial untuk memenuhi kebutuhan mereka daripada kekerasan.