Bagikan:

YOGYAKARTA – Meskipun dibarengi dengan mengeluh, tetapi menyelesaikan tugas yang sulit membuat kita bangga pada diri sendiri. Lebih dari itu, ternyata upaya kognitif dan upaya fisik setelah melalui “kesulitan” memengaruhi memori.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience, mereka meminta peserta melakukan tugas visual yang melibatkan menghafal dan kemudian mengidentifikasi lokasi target dalam kondisi mudah atau sulit. Peserta diberi petunjuk tentang seberapa menantang tugas yang akan datang. Peneliti mengecek menggunakan fMRI untuk menguji bagaimana perubahan dalam upaya kognitif, yang disebabkan oleh perubahan kesulitan tugas, memengaruhi representasi saraf dari memori. Peningkatan ipaya, ternyata membuat kerja memori bertahan lama.

meningkatkan memori dan kemampuan kognitif
Ilustrasi meningkatkan memori dan kemampuan kognitif (Freepik/KamranAydinov)

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi sinyal umpan bali terkait upaya terhadap populasi di korteks visual. Ini efeknya meningkatkan kesetiaan mnemonic, yang artinya lebih mudah dalam mengingat sesuatu. Penelitian ini juga menunjukkan secara spesifik bahwa upaya kognitif dengan berusaha lebih keras menyelesaikan tugas sulit, meningkatkan kualitas representasi memori kerja di korteks visual yang dimediasi korteks prefrontal.

Menurut kinesiologi dan ahli saraf sensori motorik E. Paul Zehr, Ph.D.,  temuan di atas potensial untuk terapi klinis bagi penderita gangguan kejiwaan dan skizofrenia yang mengalami defisit motivasi serta disfungsi kognitif. Zehr menambahkan, melakukan lebih dari yang diharapkan nantinya akan membuahkan hasil. Ia menggambarkan bahwa semua sistem fisiologis sangat plastis. Saat Anda mengupayakan untuk melakukan aktivitas tertentu, tubuh akan beradaptasi dan terbiasa melakukannya. Kemudian jika bergeser ke aktivitas lain yang lebih “sulit” tubuh juga akan bisa secara plastis beradaptasi lalu terbiasa melakukannya, dan seterusnya.

Dalam buku Becoming Batman, Zehr dilansir Psychology Today, Minggu, 28 Juli, menjelaskan. Jika aktivitasnya adalah latihan kekuatan, otot-otot jadi lebih besar dan kuat. Nah, jika itu adalah latihan kognitif, kita meningkatkan konektivitas sinaptik dan representasi memori jika dilatih terus-menerus. Pada prinsipnya, kegembiraan setelah menyelesaikan tugas sulit atau mengupayakan lebih dari yang diharapkan, adalah proses neurobiologi.