Bagikan:

JAKARTA - Apa Anda pernah mendengar atau bahkan mendapati, hubungan yang sudah berlangsung lama baik pacaran atau pernikahan namun harus berakhir dengan tidak bahagia? Tak semua hubungan ditakdirkan langgeng.

Di antara sekian banyak alasan, delapan hal di bawah ini cukup sering dinyatakan sebagai penyebab kandasnya hubungan. Apa saja alasan tersebut? Simak selengkapnya seperti dikutip dari Psychology Today, Selasa, 2 Juli.

Masalah kepercayaan

Kurang atau hilangnya kepercayaan merupakan salah satu hal paling berbahaya dalam hubungan. Tanpa rasa percaya, hubungan akan kehilangan pilar utama. Jika Anda yakin kepercayaan adalah masalah besar dalam hubungan, cek kembali apakah kurangnya rasa percaya didasarkan pada pola bukti (seperti ingkar janji yang signifikan), atau sebagian besar disebabkan oleh emosi subjektif (seperti cemburu tanpa alasan). Pertimbangkan dengan jujur ​​apakah kurangnya kepercayaan didasarkan pada substansi nyata atau ketakutan yang tidak beralasan.

Perbedaan ekspektasi

Seiring berjalannya waktu, ekspektasi dalam hubungan akan berbeda. Sebab disitu mulai terlihat rencana hidup masing-masing. Bisa jadi Anda lebih mementingkan keluarga, sedangkan pasangan tidak terlalu memikirkannya. Di lain hal, Anda merupakan orang yang lebih bersimpati sedangkan pasangan cuek. Masalah masalah kecil ini dapat sebabkan perpisahan jika tidak bisa diatasi dengan baik.

Langkah hidup yang berbeda

Ketika salah satu pasangan belajar dan berkembang dengan pesat, sementara pasangan lainnya mengalami stagnasi, hal ini dapat sebabkan perbedaan. Salah satu contohnya adalah pasangan mengalami kemajuan pesat dalam karier dan bersosial, sementara pasangannya mengalami stagnasi di rumah. Lingkaran profesional dan sosial pasangan mulai menyimpang, dan tak lama kemudian pasangan itu sendiri terdiferensiasi. Sehingga mereka tumbuh terpisah secara fisik, intelektual, maupun sosial.

Masalah Komunikasi

Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi komunikasi (atau kurangnya komunikasi) sebagai salah satu alasan utama putusnya hubungan dan perceraian. John Gottman dari University of Washington, pakar studi pasangan terkemuka, menyimpulkan setelah melakukan penelitian selama lebih dari 20 tahun bahwa satu-satunya prediktor perceraian yang terbaik adalah ketika salah satu atau kedua pasangan menunjukkan rasa enggan menjalin hubungan lagi dengan saling diam.

Narsistik

Orang narsistik memiliki perasaan yang berlebihan akan pentingnya diri mereka sendiri dan perlu dikagumi. Narsisme sering kali ditandai dengan kurangnya keintiman sejati dalam hubungan.

Tanda-tanda narsisme termasuk superioritas, citra diri yang berlebihan, sombong, pelanggaran batasan, pesona palsu, manipulasi, tidak bertanggung jawab, pelanggaran aturan, emosi negatif, dan penghinaan terhadap orang lain. Secara signifikan, penelitian menunjukkan bahwa narsisme yang tinggi berkorelasi dengan kerentanan terhadap perselingkuhan.

Pelecehan dalam hubungan

Pelecehan dalam hubungan dapat didefinisikan sebagai penganiayaan berulang terhadap pasangan. Contohnya mencakup pelecehan verbal, emosional, fisik, dan/atau seksual, manipulasi patologis, narsisme patologis, agresivitas pasif patologis, serta kontrol dan dominasi yang berlebihan.

Kebiasaan hidup yang buruk

Kebiasaan hidup yang buruk adalah sifat-sifat yang, meskipun melibatkan atau tidak secara langsung melibatkan pasangannya (seperti kecanduan judi rahasia), namun pada akhirnya dapat memengaruhi hubungan dengan cara yang merusak. Contoh penyalahgunaan kebiasaan hidup termasuk kecanduan narkoba, kecanduan alkohol, kecanduan judi, dan kecanduan seksual.

Masalah keuangan

Semakin lama pasangan menjalin hubungan, semakin besar ketidakcocokan finansial terungkap. Menurut penelitian, perbedaan pendapat mengenai uang adalah salah satu alasan utama perceraian. Permasalahan dan perselisihan mengenai uang merupakan salah satu kebutuhan dan ketakutan psikologis terdalam, termasuk dan tidak terbatas pada kepercayaan, keselamatan, keamanan, kekuasaan, kendali, dan kelangsungan hidup.