Bagikan:

YOGYAKARTA – Sebutan pebbling populer di sosial media beberapa waktu terakhir. Istilah ini, diambil dari kebiasaan penguin di Antartika saat musim kawin. Hewan berbulu yang tinggal di daerah es ini, melempar kerikil ke calon pasangannya sebagai tanda mengajak membangun sarang bersama.

Istilah pebbling populer merujuk pada mengumpulkan dan berbagi hal-hal kecil dengan seseorang yang Anda minati sehingga dapat membangun ikatan. Istilah ini mungkin sebenarnya sudah Anda lakukan selama beberapa waktu. Apa yang dilakukan penguin Gentoo di Antartika ini, hanyalah sebutan bagi ajakan “membangun sarang” bersama pasangannya. Penguin ini, memberi kerikil atau batu yang disukainya. Itu karena batu digunakan penguin untuk membangun sarang. Penguin tidak akan memberikan sembarang bati, tetapi akan membutuhkan waktu untuk memastikan batu tersebut benar.

mengenal cara ungkapkan kasih sayang dalam hubungan yang bermakna atau pebbling
Ilustrasi mengenal cara ungkapkan kasih sayang dalam hubungan yang bermakna atau pebbling (Freepik)

 Bagi manusia, pebbling, adalah tentang mengumpulkan dan berbagi sesuatu bersama orang yang ia sukai. Pebbling ini, dapat terdiri berbagai hal kecil. Tetapi yang pasti, apapun yang diberi adalah hal bernilai dan berpotensi lebih dari sekadar teman. Pebbling sebenarnya sudah lama dipakai dalam komunitas-komunitas kecil untuk menunjukkan kasih sayang. Ini dapat membantu mengungkapkan kepada seseorang tanpa menggunakan kata-kata.

Saat ini, pebble dipakai bukan hanya memberikan benda. Karena setiap orang saling mengirim pesan lewat ponsel pintarnya, pebbling juga berlaku dengan seperti memberi meme menarik, foto, video, artikel, postingan media sosial, dan apapun yang bermakna.

Melansir Psychology Today, Senin, 24 Juni, pebbling sendiri bukan hadiah yang jelas. Karena bersifat terbuka tetapi hal yang bisa dialami, dirasakan, dipelajari, bahkan didiskusikan bersama. Tentu saja, sekadar berbagi apa pun belum tentu membuat hubungan menjadi lebih dekat. Sebelum berbagi apa pun, pikirkan sejenak bagaimana reaksi orang lain. Terutama soal pengaturan waktu kapan mengirim hal bermakna dan bagaimana memoderasi penerimanya. Misalnya, mengirim meme 200 kali selama satu jam, tentu akan mengganggu dan buang-buang waktu. Penting juga memegang etika yang berlaku.