Bagikan:

YOGYAKARTA – Mitos seputar ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) atau gangguan perhatian dan hiperaktivitas dapat menimbulkan kebingungan dan menyulitkan penderitanya untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.  

Mengutip AI-Care, ADHD merupakan gangguan perkembangan yang terkait degan kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktif, dan/atau impulsif yang berkelanjutan.

Gejala ADHD bisa menganggu aktivitas sehari-hari, termasuk kegiatan di sekolah, tempat kerja, bahkan, kehidupan rumah tangga.

Saat ini sudah ada banyak penelitian yang dapat membantu kita untuk memahami ADHD dengan lebih baik. Sayangnya, masih ada banyak mitos yang dapat membuat kita gagal memberikan dukungan pada individu yang mengalaminya.

Lantas, apa saja mitos seputar ADHD? Bagaimana fakta sebenarnya? Mari simak informasi selengkapnya berikut ini.

Mitos Seputar ADHD dan Faktanya

Berikut ini adalah mitos umum tentang ADHD beserta faktanya yang perlu Anda ketahui:

1. Mitos #1: ADHD bukan kondisi medis yang nyata

Banyak orang menganggap bahwa ADHD bukanlah kondisi medis yang nyata. Mitos ini muncul karena tidak ada tes laboratorium untuk memastkan seseorang memiliki ADHD.

“Mereka bersikeras bahwa ADHD adalah kondisi palsu,” ucap Michael Manos, PhD, Spesialis Anak, dikutip dari Cleveland Clinic.

Faktanya, ada penelitian yang menunjukkan bahwa ADHD dapat diturunkan secara genetik.

Selain itu, penelitian yang mempelajari pemindaian otak MRI terhadap lebih dari 3.000 anak-anak dan orang dewasa menemukan perbedaan ukuran otak anak yang menderita ADHD dan mereka yang tidak.

Anak-anak dengan ADHD memiliki otak yang lebih kecil, dengan perbedaan ukuran yang nyata pada bagian otak yang berhubungan dengan pengendalian emosi, pengendalian diri, memori dan pembelajaran.

2. Mitos #2: ADHD didiagnosis secara berlebihan

Mitos seputar ADHD yang kedua adalah gangguan perhatian dan hiperaktivitas merupakan hasil diagnosis yang berlebihan.

Faktanya, kasus ADHD mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi.

Terkait hal ini, Dr. Manos percaya bahwa peningkatan ini terkait dengan peningkatan kesadaran dan pengenalan gejala, bukan karena diagnosis yang berlebihan.

3. Mitos #3: penderita ADHD hanya perlu berusaha lebih keras

Menyadur laman Understood, ADHD bukanlah masalah motivasi atau kemalasan. Anak-anak dan orang dewasa yang menderita ADHD seringkali berusaha sekuat tenaga untuk memperhatikan.

Meminta penderita ADHD untuk berusaha lebih keras sama seperti meminta penderita rabun jauh untuk melihat lebih jauh.

Alasan mereka kesulitan mendapatkan perhatian tidak ada kaitannya dengan sikap itu. Tapi lebih karena perbedaan dalam cara fungsi otak mereka dan strukturnya.

4. Mitos #4: penderita ADHD tidak pernah bisa fokus

Banyak yang mengira bahwa penderita ADHD tidak pernah bisa fokus. Padahal, faktanya mereka bisa sangat fokus jika ada hal yang membuatnya tertarik. Kondisi ini disebut hiperfokus.  

Beberapa anak dengan ADHD mudah teralihkan perhatiannya di kelas, namun tidak dapat menarik diri dari permainan yang sedang dimainkan.

Orang dewasa dengan ADHD mungkin sulit fokus terhadap pekerjaan yang dianggap membosankan. Akan tetapi, mereka seringkali mencurahkan diri pada aspek yang benar-benar mereka sukai.

5. Mitos #5: semua anak dengan ADHD hiperaktif

Stereotip terhadap anak-anak penderita ADHD adalah mereka berlomba-lomba dan tidak bisa berhenti bergerak alias hiperaktif.

Faktanya, tidak semua anak dengan ADHD memiliki gejala hiperaktif. Bagi mereka yang mengalaminya, hiperaktif biasanya hilang atau berkurang seiring bertambahnya usia.

Demikian informasi tentang mitos seputar ADHD dan faktanya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.