JAKARTA - Siapa yang tidak kagum dengan Aghniny Haque? Belum satu dekade ia berkarier di dunia akting, namun namanya selalu menjadi atensi penonton ketika ia hadir dengan proyek aktingnya.
Tahun ini, ia kembali dengan film horor terbarunya, Pemandi Jenazah. Ini menandai film horor kelima yang ia bintangi sejauh ini. Aktris kelahiran 8 Maret 1997 itu pernah menegaskan bahwa ia tidak akan bermain film horor setelah film keempatnya.
Tidak menampik, perempuan yang akrab disapa Aghni membenarkan ia pernah berbicara seperti itu, namun ada hal yang membuatnya tertarik bergabung dengan film ini.
“Tawaran (film horor) terus datang, selain itu pas tawaran ini menarik ya, terpanggil ke sini dikasih tahu. Skripnya bagus dan ceritanya horor yang belum pernah aku mainkan. Ceritanya unik. Akhirnya aku baca. Setelah aku baca, menurutku skripnya horor yang bagus banget,” kata Aghniny Haque kepada VOI.
Film ini mempertemukannya dengan Lele Laila, penulis naskah populer dengan sejumlah karyanya. Diketahui, keduanya pertama kali bertemu lewat film KKN di Desa Penari. Aghni juga tidak ragu menyebut Pemandi Jenazah menjadi karya Lele yang paling matang.
“Challengingnya bagian karakternya, aku juga bisa dapat tantangan yang baru, yang lebih fresh, dan aku juga belajar suatu hal yang baru menjadi pemandi jenazah. Ada di sepatu pekerjaan yang gak mudah tapi mulia,” lanjutnya.
Pemandi Jenazah adalah film yang menceritakan seorang anak bernama Lela (Aghniny Haque) yang terpaksa menjadi pemandi jenazah setelah sang ibu meninggal dunia. Sang ibu hidup sebagai pemandi jenazah dan kini Lela akan melanjutkan pekerjaan ibunya. Akan tetapi, seiring dengan pekerjaan itu, Lela menghadapi berbagai teror yang ia curigai berhubungan dengan kematian ibu.
“Walaupun dia tidak ingin jadi pemandi jenazah, dia harus memaksakan diri. Mau gak mau akhirnya dia merasakan bagaimana susahnya juga kematian dan setelah insiden yang ada di film, dia terus mencoba menghadapi apa yang ada dalam film Pemandi Jenazah ini,” cerita Aghni tentang karakternya.
Melalui produksi film ini, Aghni belajar hal baru yaitu menjadi pemandi jenazah yang bukan sebuah profesi yang sering dibicarakan. Ia dibantu oleh seorang pemandi jenazah yang sudah bekerja selama 40 tahun dan membuatnya belajar mengenai pekerjaan itu.
“Workshopnya seminggu, memandikan jenazah sampai cara bikin kain kafannya. Awalnya (contoh) itu pakai orang, pakai ada salah satu kru kami. Sampai akhirnya pakai manekin karena ternyata waktu pakai kru, ada hal yang gak enak dan mungkin mengundang. Jadi pakai manekin,” lanjutnya.
Bicara soal karakter, Aghniny Haque menceritakan pengalamannya di dunia akting. Baru 8 tahun, tapi Aghni sudah menekun berbagai karakter yang berbeda dari kehidupannya. Aghniny yang merupakan mantan atlet taekwondo itu merasa dunia akting dan taekwondo adalah hal yang kontras.
“Tentunya setiap karakter masalah yang dihadapi karakter beda, apalagi ini Pemandi Jenazah dan aku yang dulunya atlet ini kontras jadi gak ada yang sama. Justru aku malah seneng dapet karakter yang bukan cewek tough atau bukan bad ass,” katanya.
BACA JUGA:
Selektif. Aghniny Haque mengaku selalu melihat naskah ketika mempertimbangkan sebuah proyek. Ia terus belajar dari bagaimana ia memilih sebuah proyek akting. Hal ini yang membuat dirinya tertantang untuk memilih karakter yang ia tidak pernah jumpai dalam kesehariaan.
“Biasanya kontrak dulu, baru skrip cuma dikasih premisnya aja. Dulu sering kayak gitu, tapi sekarang lebih ke pengin baca skripnya dulu dan kalau suka, baru kontrak. Di sini aku dapat fasilitas itu. Skripnya memang sudah jadi dan pas dibaca, memang aku sesuka itu yang baca skripnya itu gak beres-beres. Aku ulang terus karena sesuka itu sama skripnya. Bagus banget,” ulang Aghniny.
“Setiap karakter punya warnanya sendiri, masalahnya sendiri, dan setiap sutradara juga punya nichenya dan pengin berapa hal yang disampaikan sama mba Hadrah jadi udah pasti karakternya akan berbeda dari karakter yang lain,” lanjut Aghniny.
Mendalami Karakter dalam Bentuk Apapun
Aghniny Haque, aktris 26 tahun itu berusaha mendalami karakter dalam bentuk apapun. Ia mengungkap dulunya sangat idealis dengan memilih karakter. Sekarang ia memilih proyek berdasarkan ceritanya yang bisa menarik perhatiannya.
“Dulu waktu awal-awal pengin ya dapat pengin ini, peran cegil yang apa, tapi kalau sekarang lebih kayak pengin mendalami karakternya aja. Menurutku, ketika kita bisa mendeliver dan bisa membuat penonton believe sama karakternya, itu menjadi kepuasan tersendiri buat aku,” kata Aghniny Haque.
Ia menyebut dua peran terakhirnya bukan sesuatu yang dekat dengan kepribadiannya, termasuk Pemandi Jenazah. Sang aktris mengenang momen di tahun 2015 di mana ia menemukan akting seperti oase dalam kehidupan. Diketahui, Aghniny Haque debut sebagai aktris lewat film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 sebagai Rara Murni di tahun 2015.
“Karena datangnya tawaran. Bukan open casting gitu, jadi karena ada tawaran, nothing to lose aja aku coba karena aku sudah selesai atletnya Kenapa enggak coba sesuatu yang baru dan belum tahu maunya apa setelah jadi atlet,” kata Aghni yang saat itu masih fokus kuliah.
“Ternyata (jadi aktris) gak sesimpel itu. Ada proses reading, proses workshop action dan itu yang membuat jadi lebih fun dan syuting itu seru ya banyak yang bisa dipelajari lagi dan paling seru, ngambil karakter beda itu belajar dari awal,” katanya.
Dalam jarak waktu yang berdekatan, Aghniny Haque sudah membintangi 6 film horor. Ia tidak takut jika nantinya ia terlihat typecast karena ia merasa selalu ada kesempatan untuk mengeksplor cerita.
“Aku enggak menutup kesempatan jadi kalo ada tawaran drama aku ke drama, horor, action, aku mau eksplor, aku membuka semuanya untuk eksplor seni peran,” tegasnya.
Akan tetapi, jika bisa mewujudkan keinginannya, ia ingin mengambil peran dan cerita dengan unsur seni bela diri.
“Kalau dikasih kesempatannya pengin, karena aku suka martial arts,” tutup Aghniny Haque dalam perbincangan hari itu.