Bagikan:

JAKARTA - Orang dengan kepribadian narsistik sering kali dianggap sebagai orang yang memiliki harga diri yang terlalu muluk-muluk dan gila kekuasaan. 

Lantas, apa maksudnya jika seorang narsistik berperan sebagai korban atau playing victim? Apakah disengaja? Apakah ini taktik manipulasi? Atau apakah mereka benar-benar yakin kalau sedang jadi korban?

Gangguan kepribadian narsistik sering disebut sebagai “narsisme” adalah kondisi kesehatan mental yang kompleks. Ada banyak alasan mengapa seorang narsistik memilih playing victim.

Psikolog Kendra Kubala, PsyD, dilansir dari Psych Central, Selasa, 16 Januari menyatakan lima alasan mengapa orang narsistik berperan sebagai korban.

Rasa berhak

Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki rasa berhak yang kuat. Artinya, mereka percaya kalau pada dasarnya mereka  layak mendapatkan perlakuan khusus, pengakuan, dan hak istimewa.

Ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan, mereka akan bereaksi dengan kemarahan dan merasa perlu menyalahkan orang lain karena “mengacaukan”. Rasa berhak juga mungkin membuat seseorang dengan kepribadian narsistik berpikir bahwa apa pun yang mereka lakukan untuk orang lain adalah yang terbaik.

Mekanisme pertahanan

Setiap orang menggunakan mekanisme pertahanan dalam keadaan berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Kadang seseorang tak menyadari kapan mekanisme pertahanan itu diaktifkan. Namun, metode pertahanan ini punya tujuan.

Misal, untuk melindungi diri dari mengingat pengalaman menyakitkan. Atau bisa juga di lain membantu mengatasi ancaman yang dirasakan terhadap identitas, integritas, dan harga diri. Dan orang dengan gangguan kepribadian narsistik juga dapat menggunakan teknik pertahanan berbeda untuk melindungi dirinya dari rasa sakit emosional. Salah satu caranya yaitu dengan playing victim.

Keinginan untuk mengendalikan

Beberapa orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kebutuhan yang tinggi untuk memegang kendali.  Dan terkadang, berperan sebagai korban agar dapat mencapai tujuan tersebut.

Jika seseorang dengan kepribadian narsistik berperan sebagai korban, mereka mungkin telah mengembangkan taktik manipulasi ini untuk melindungi diri sendiri dan mempertahankan kendali setiap kali cara lain gagal.

Kemarahan

Terkadang sulit bagi orang dengan gangguan kepribadian narsistik menerima kritik atau penolakan. Hal ini mungkin membuat mereka bereaksi dalam beberapa cara, salah satunya adalah kemarahan.

Salah satu aspek kemarahan adalah perasaan menjadi korban karena serangan orang lain. “Saya marah karena Anda menyerang saya.” Aspek lainnya yaitu mereka menyadari dengan memainkan peran ini dapat membuat orang lain mundur dan menarik kembali apa yang membuat mereka marah.

Rendah rasa empati

Rasa bersalah adalah emosi manusia yang cenderung membuat seseorang merasa terkendali. Jika seimbang, rasa bersalah dapat menjadi pencegah perilaku antisosial.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang dengan narsisme sulit merasa bersalah dalam beberapa situasi. Karena rendanya rasa empati maka mereka lebih cenderung menggunakan taktik manipulasi playing victim untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan. Empati yang rendah juga membuat penderita narsistik sulit memahami perasaan orang lain dan bertingkah seenaknya.