Bukan Tanpa Alasan, Merasa Lelah setelah Makan Disebabkan 5 Hal Ini

YOGYAKARTA – Setelah makan, banyak orang merasa mengantuk dan tubuh sulit diajak produktif beraktivitas. Bukan tanpa alasan, ini bisa disebabkan intoleransi makanan tertentu. Bisa juga karena tubuh membunyikan alarm kelelahan. Nah, pakar menjelaskan alasan kenapa tubuh merasa lelah setelah makan dalam penjelasan berikut di bawah ini.

1. Siklus pencernaan

Tubuh membutuhkan energi untuk berfungsi dengan baik. Tidak hanya untuk berlari atau berolahraga di gym. Tetapi untuk bernapas dan tetap menjalankan mekanismenya, tubuh juga memerlukan energi. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, makanan dipecah menjadi bahan bakar berupa glukosa oleh sistem pencernaan. Makronutrien seperti protein juga memberikan asupan kalori bagi tubuh. Artinya, siklus pencernaan juga memicu segala macam respons dalam tubuh.

Hormon seperti kolesistokinin (CCK), glukagon, dan amylin dilepaskan untuk meningkatkan rasa kenyang, gula darah meningkat, dan insulin diproduksi untuk memungkinkan gula ini berpindah dari darah lalu masuk ke dalam sel, di mana ia digunakan untuk energi. Menariknya, ada juga hormon yang bisa menyebabkan kantuk jika ditemukan peningkatan kadarnya di otak. Salah satu hormon tersebut adalah serotonin.

Hormon lain yang menyebabkan tidur, melatonin, tidak dilepaskan sebagai respons terhadap makan. Namun, makanan bisa mempengaruhi produksi melatonin. Meskipun semua makanan dicerna dengan cara yang sama, tidak semua makanan mempengaruhi tubuh Anda dengan cara yang sama. Beberapa makanan bisa membuat Anda lebih mengantuk dibandingkan makanan lainnya, seperti makanan tinggi mengandung karbohidrat sederhana.

2. Makan makanan mengandung triptofan asam amino

Makanan yang mengandung triptofan asam amino, seperti bayam, kedelai, telur, keju, tahu, dan ikan. Triptofan digunakan tubuh untuk membuat serotonin. Serotonin adalah neurotransmitter yang membantu mengatur tidur. Ada kemungkinan bahwa peningkatan produksi serotonin bertanggung jawab atas tubuh lemas dan mengantuk setelah makan.

Di samping mengonsumsi makanan mengandung triptofan, makan ceri juga mempengaruhi kadar melatonin. Berbeda dengan karbohidrat yang menyebabkan lonjakan atau penurunan gula darah, mineral dalam pisang juga membuat otot mengendur. Salah satu dari faktor-faktor ini dapat membuat Anda mengantuk dan banyak makanan dapat memengaruhi tingkat energi dengan cara yang berbeda-beda.

3. Dipengaruhi kebiasaan tidur yang buruk

Kebiasaan tidur kurang dan kualitas tidur yang buruk juga dapat memengaruhi tubuh setelah makan. Jika Anda dalam keadaan rileks dan kenyang, tubuh mungkin merasa ingin istirahat. Terutama jika Anda kurang tidur semalam tadi. Melansir Healthline, Kamis, 11 Januari, penting untuk menjaga jadwal tidur teratur, membatasi stres, dan memasukkan olahraga sebagai bagian dari rutinitas harian untuk mendapatkan tidur lebih baik.

4. Aktivitas fisik

Kurang bergerak juga memengaruhi bagaimana fleksibelnya mengakses simpanan energi tubuh. Kalau Anda rutin berolahraga, ini membantu meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan. Dengan kata lain, tidak banyak bergerak tidak menciptakan cadangan energi yang dapat Anda manfaatkan sewaktu-waktu. Termasuk setelah makan, kalau terasa lelah, lemas, dan mengantuk, cobalah untuk tetap bergerak atau jalan-jalan guna menyegarkan tubuh kembali.

5. Kondisi kesehatan tertentu

Terkadan rasa lelah setelah makan atau mengantuk sepanjang waktu bisa jadi tanda adanya masalah kesehatan. Kondisi ini bisa dipengaruhi diabetes, intoleransi makanan atau alergi makanan, apnea tidur, anemia, tiroid kurang aktif, atau penyakit celiac. Jika Anda sering lelah dan mengalami salah satu kondisi ini, bicarakan dengan dokter Anda tentang kemungkinan solusinya. Apabila Anda tidak mengetahui kondisi medis yang mendasarinya, periksa ke dokter membantu mengidentifikasi penyebabnya.

Itulah kelima alasan kenapa tubuh lelah setelah makan. Selain memperhatikan gejalanya, penting juga memilah makanan sehat serta tidak tinggi mengandung gula untuk mencegah gula darah meninggi atau hiperglikemia.