JAKARTA - Anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar tentang segala hal yang terjadi di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini terkadang membuat mereka kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan sulit pada orang tua. Di antara ribuan pertanyaan, ada satu pertanyaan yang bisa jadi terlalu kompleks untuk orangtua pikirkan jawabannya yaitu tentang perbedaan dan rasisme.
Maraknya pemberitaan tentang kasus rasisme di seluruh dunia, mau tak mau mengharuskan orang tua untuk membesarkan anak sebagai pribadi yang melihat perbedaan sebagai ‘hadiah’ dalam hidup alih-alih sebagai ancaman.
Sebagai referensi, UNICEF menyusun sebuah panduan mudah dalam menjelaskan rasisme pada anak dan mencontohkan perilaku inklusif pada perbedaan. Panduan ini disusun sesuai tahapan perkembangan anak, mulai dari usia prasekolah hingga praremaja.
Anak <5 tahun
Anak di bawah 5 tahun memiliki rasa ingin tahu tinggi. Kemungkinan besar saat melihat teman atau orang yang tampak berbeda darinya, ia akan menunjuk dan bertanya tentang perbedaan tersebut di depan umum.
Sebagai orangtua, Anda harus tetap rileks dan terbuka. Apabila Anda meminta anak diam, ia akan terbiasa melihat topik tersebut sebagai hal tabu. Beri penjelasan pada anak dengan menggunakan bahasa sederhana saat menjelaskan bahwa ia dan temannya mungkin terlihat berbeda, tapi pasti memiliki banyak kesamaan sebagai sesama manusia.
Anggap hal tersebut sebagai hal yang perlu dirayakan, “kita semua sama-sama manusia, namun kita semua juga unik. Hebat, ya?”
BACA JUGA:
Anak 6-11 tahun
Saat memasuki usia sekolah, perkembangan pengetahuan anak semakin meluas. Jika ia mengajukan pertanyaan tersebut, tanyakan dulu dari mana ia mendengar atau melihat hal tersebut.
Anda tidak harus selalu punya jawaban atas tiap pertanyaan. Berdiskusi bisa jadi salah satu cara untuk menjelaskan hal-hal tertentu pada anak, seperti topik tentang stereotip, perlakuan di sekolah, atau hal tertentu yang berkaitan dengan kesehariannya. Jangan lupa berikan contoh tentang adab saat berkomunikasi dengan temannya dari budaya berbeda.
Anak 12+
Berdiskusi dengan anak usia remaja tentu akan lebih mudah. Topik perbincangan pun bisa lebih abstrak, misalnya tentang konsep keadilan, kesetaraan, atau rasisme. Agar lebih real, ambil referensi terpercaya dan beri contoh dari berita-berita hangat. Anda juga bisa bereksplorasi dengan tema-tema sejarah.
Cobalah dekatkan anak dengan dunia luar melalui buku, film, musik, dan makanan dari berbagai budaya. Mengingat bahwa anak usia remaja umumnya telah mengenal media sosial dengan baik dan mulai mengeksplorasi pertemanan lebih luas, dukung mereka untuk mengenal orang-orang dari budaya berbeda.
Apabila ia juga berpartisipasi untuk menyuarakan isu rasisme di media sosial, berikan masukan terkait bagaimana cara menyampaikan ide dengan baik. Menjadi vokal terkait isu penting dengan cara yang tepat adalah hal yang baik.