Bagikan:

JAKARTA - Lipstik merah adalah kosmetik pokok bagi banyak wanita, baik itu untuk meningkatkan kepercayaan diri atau aksesori malam yang santai. Tapi, hubungan modern antara wanita dan lipstik merah sebenarnya sudah berakar dari sejarah. 

Kettj Talon, seorang fashion enthusiast, disadur dari laman NSSG Club, Selasa, 24 Oktober, membeberkan sejarah serta arti dari warna lipstik merah.

Sudah ada sejak berabad-abad lalu

Lipstik merah identik dengan makna glamor, kekuatan, dan rayuan sejak berabad-abad lalu. Sejak sekitar 2.500 SM. ratu Sumeria Pu-Abi, penguasa kota Ur, mulai mencerahkan bibirnya dengan campuran bubuk yang terbuat dari batu merah dan timah putih yang dia simpan di dalam cangkang hewan.

Pada zaman Sumeria, lipstik merah menunjukkan prestise sosial, seperti halnya pada masyarakat Mesir Kuno, di mana lipstik ini dikenakan oleh raja dan ratu. Rupanya, Cleopatra juga menggunakan lipstik merah untuk melengkapi riasannya. Selain merah, warna lipstik yang juga dikenakan antara lain oranye, magenta, dan biru kehitaman. Lipstik diaplikasikan ke bibir menggunakan kayu kecil yang dibasahi. Sedangkan di zaman Kekaisaran Romawi, lipstik merah boleh digunakan semua gender dan berlaku sebagai sebuah pengklasifikasi status yang membedakan pejabat tinggi dan kaisar.

Red as the devil

Lipstik merah pernah mengalami periode tergelapnya di Abad Pertengahan, di mana pemerah bibir ini dikaitkan dengan feminitas yang misterius, menakutkan, dan sering diumpamakan sebagai warna iblis. Oleh karena itu gereja siap mengutuk siapa pun yang berani memakainya. Siapa yang melanggar akan mendapat hukuman dianggap sebagai reinkarnasi setan dan dipaksa bertobat karena disesatkan oleh kosmetik berdosa. 

Untuk menghindari masalah ini, wanita diwajibkan memakai pemulas bibir dengan warna yang lebih lembut seperti merah muda lembut, sedangkan mereka yang memiliki hak istimewa dapat menggunakan warna merah muda cerah. 

Rehabilitasi sosial lipstik merah dilakukan oleh Ratu Elizabeth I dari Inggris, yang dengan bangga memakainya di depan umum dan secara pribadi. Dia sangat menyukai campuran cochineal, putih telur, dan jus buah ara sehingga dia mengaitkan kekuatan magis padanya.

Masa bahagia dari lipstik merah hanya berumur pendek, dan ketika tongkat kerajaan itu jatuh ke tangan Ratu Victoria, produk kecantikan itu dicap sebagai sesuatu yang vulgar dan tidak sopan, sebuah kosmetik yang harus dijauhi. Terlebih lagi sekitar tahun 1770 ketika parlemen Inggris mengusulkan undang-undang baru yaitu wanita manapun yang memikat pria Inggris dengan lipstik merah di bibirnya akan dihukum karena ilmu sihir.

Elizabeth Arden, hak pilih, dan emansipasi perempuan

Di abad ke-19, lipstik merah kembali ke dunia mode, dibawa oleh artis Sarah Bernhardt. Namun, Elizabeth Arden-lah yang memberinya kekuatan politik, mengangkatnya menjadi simbol pemberontakan dan pemberdayaan perempuan.

Pada tahun 1912, pendiri salah satu merek kosmetik terkemuka dunia itu turun ke jalan di New York, sambil mendistribusikan lipstik, bergabung dengan gerakan hak pilih untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Di Amerika dan Inggris, para pemimpin gerakan feminis seperti Elizabeth Cady Stanton dan Charlotte Perkins Gilman mulai menggunakan bibir berwarna merah terang dengan tujuan untuk mengintimidasi laki-laki. Untuk mewujudkan semacam pembebasan fisik dari batasan korset dan penilaian laki-laki. Sejak itu, lipstik merah mencerminkan feminitas yang tangguh.

Lipstik merah sebagai pernyataan anti-fasis

Lipstik merah adalah salah satu hal yang paling dibenci Adolf Hitler. Lipstik merah dianggap terlalu libertine dan seksi. Bagi sang diktator, kemurnian ras Arya berarti wajah natural tanpa riasan. Oleh karena itu, perempuan di negara-negara Sekutu mulai memakainya sebagai tanda pemberontakan melawan Nazisme dan fasisme. Makna patriotiknya sedemikian rupa sehingga ketika harga lipstik dijual mahal, perempuan mengecat bibir mereka dengan jus bit. 

Pada tahun 1941 dan selama Perang Dunia II, lipstik merah menjadi wajib bagi wanita yang mendaftar di Angkatan Darat AS. Saat itu Helena Rubinstein menciptakan Resimental Red, merek Inggris Cyclax memperkenalkan warna Auxiliary Red, dan Elizabeth Arden meluncurkan Victory Red. Arden ditugaskan oleh pemerintah AS untuk membuat lipstik dan cat kuku untuk wanita yang bertugas di Korps Marinir dan menciptakan warna Montezuma Red yang mencerminkan garis merah seragam mereka. 

Setelah pasukan Inggris membebaskan kamp konsentrasi Bergen-Belsen pada tanggal 15 April 1945, Palang Merah Inggris mengirimkan sekotak lipstik merah. Sebuah gerakan kecil untuk membantu perempuan pulih, kembali ke keadaan normal dan memulihkan individualitas serta martabat mereka.

Rasa bangga dan pemberontakan

Sejak berakhirnya perang, sejarah lipstik merah selalu meningkat berkat diva seperti Marilyn Monroe, Betty Page, dan Liz Taylor yang tidak bisa hidup tanpanya. Hal serupa juga terjadi pada politisi seperti Margaret Thatcher, Alexandria Ocasio-Cortez, atau aktivis Marlén Chow yang turun ke jalan melawan kediktatoran Nikaragua dan menghadapi interogator tentara dengan bibir merah terang, menginspirasi pria dan wanita di negaranya untuk melakukan protes atas kebijakan tersebut.