Anak Suka Berbohong? Kenali 3 Alasannya sebelum Memberi Hukuman
Ilustrasi (Gustavo Fring/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Anak kecil dikenal dengan sifat polosnya dan suka berbicara terus terang. Namun, adakalanya dia juga berbohong. Meski rasa kecewa menghampiri bila anak tak jujur, jangan buru-buru beri hukuman, ya. Kenali dulu tiga alasan anak suka berbohong berikut ini baru putuskan konsekuensi apa yang patut diberikan.

Menggunakan Imajinasinya untuk Menceritakan Dongeng

Apakah anak pernah bercerita bahwa dia mengendarai unicorn? Atau apakah dia bersikeras bahwa monster yang membuat kamarnya berantakan? Dalam laman Very Well Family disebutkan bahwa anak memiliki imajinasi yang luar biasa dan terkadang, dia menampilkan fantasi tersebut sebagai kebenaran.

Ketika anak menceritakan sebuah fantasi kepada Anda, tanyakan, “Apakah itu benar-benar terjadi atau sesuatu yang Kamu harap akan terjadi?” Respons yang tidak menghakimi akan mendorong anak mengakui pikirannya.

Jangan mematahkan imajinasi anak. Sebaliknya, bantu anak belajar menyadari bahwa dia masih bisa menceritakan kisah-kisah indah selama dia dapat menjelaskan kalau cerita-cerita tersebut hanya di khayalannya saja.

Ingin Menghindari Hukuman

Pernahkah anak mencoba meyakinkan Anda kalau dia tidak makan kue apapun meski ada sedikit sisa whipcream di wajahnya? Mirip dengan cara orang dewasa berbohong untuk menghindari masalah dengan atasannya, anak berbohong karena takut dimarahi.

berbohong Jika Anda mendapati anak sedang berbohong, beri satu kesempatan padanya untuk berkata jujur. Katakan, "Ayah/Ibu akan memberi Kamu waktu sejenak untuk memikirkannya, lalu Ayah/Ibu akan bertanya sekali lagi apa yang sebenarnya terjadi.” 

Terkadang anak secara otomatis berbohong ketika dia takut akan mendapat masalah. Memberi dia waktu beberapa menit memikirkan jawaban akan memberikan kesempatan untuk jujur. Anda akan menyadari ketika Anda bertanya lagi padanya, dia lebih bersedia mengakui kebenaran. Jika anak jujur, katakan padanya Anda menghargai kesediaannya mengatakan apa yang terjadi meskipun mungkin sulit mengungkapkannya.

Perlu diingat, jika anak mempunyai kebiasaan berbohong untuk menghindari masalah, periksalah strategi mendisiplinkan anak. Penelitian menunjukkan bahwa disiplin yang keras justru mengubah anak menjadi pembohong yang baik. Jika anak takut dengan reaksi Anda, kemungkinan besar dia akan berbohong.

Ingin Terlihat Keren

Anak juga berbohong karena ingin membuat orang lain terkesan. Anak mungkin memberi tahu teman-temannya di lingkungan rumah kalau dia menang kompetisi olahraga di sekolah. Atau dia  memberitahu orang tua bahwa dia mendapat nilai matematika tertinggi di seluruh kelas, meskipun hal itu tidak benar. 

Membesar-besarkan kebenaran atau bahkan kebohongan sering kali digunakan demi menutupi rasa tidak aman. Dalam upaya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, anak terkadang bersikeras bahwa dia pernah mengalami pengalaman serupa dengan teman-temannya. Atau dia berusaha membuat teman-temannya terkesan dengan ceritanya.

Ketika anak mempunyai kebiasaan berbohong agar terlihat baik di depan orang lain, dia mungkin memerlukan peningkatan harga diri. Bicaralah dengannya tentang potensi konsekuensi dari menyombongkan diri dan tingkatkan keterampilan sosial yang sesuai. Bantu anak menemukan cara terhubung dengan orang lain tanpa berbohong tentang pengalamannya.

Pujilah usahanya, bukan hasilnya. Lalu, Anda akan menunjukkan kepadanya bahwa Anda menghargai kerja kerasnya, bukan prestasinya. Misal, daripada memuji dia karena mencetak gol terbanyak dalam pertandingan sepak bola, pujilah anak karena berusaha keras. Tekankan padanya bahwa dia tidak perlu menjadi yang terbaik untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain.

Ingat, berfokuslah dalam mengajari anak keterampilan seperti pengendalian impuls, integritas, atau kejujuran daripada berfokus pada hukuman yang didasarkan pada kemarahan orang tua. 

Meski Anda mungkin merasa kecewa karena anak memilih berbohong, tapi ini bukan kesalahan Anda, pun anak. Ini tentang membantu anak membuat pilihan yang baik dan bebas, bukan saat berada di bawah tekanan dan ancaman hukuman.

Jadikan kejujuran sebagai prioritas di rumah. Ciptakan peraturan rumah yang mengharuskan berkata jujur dan lambat laun anak akan lebih menyadari pentingnya bersikap jujur. Terakhir, pastikan Anda menjadi panutan yang baik.