Bagikan:

YOGYAKARTA – Validasi adalah mendengarkan dan memperhatikan pasangan Anda sebagai pengungkapan atas dukungan. Sebagai orang terkasih, memberikan support bukan berarti menilai atau membangun kesepakatan. Tetapi, terdapat tingkat validasi yang perlu dimiliki dalam hubungan berpasangan. Tingkat validasi tersebut, dikategorikan dalam enam jenis, diantaranya sebagai berikut.

1. Hadir saat pasangan Anda membutuhkan

Kehadiran 100 persen adalah tingkat validasi dalam hubungan berpasangan yang pertama. Mungkin Anda tidak nyaman saat menanggapi pasangan Anda mengekspresikan emosinya. Baik itu bahagia, sedih, maupun kasih, seseorang perlu “hadir” saat emosi intens diungkapkan oleh pasangan Anda. Kehadiran ini, adalah upaya sepadan untuk mendukung orang yang Anda cintai.

2. Merefleksikan pikiran dan perasaan orang yang Anda cintai

Merefleksikan secara akurat apa yang dipikirkan dan dirasakan pasangan, dilakukan dengan mengungkapkan apa yang telah Anda dengar. Refleksi akurat ini terdengar seperti, “Saya tahu kamu cemas untuk menyelesaikan tugas kali ini.”

Kunci dari merefleksikan secara akurat adalah tidak cerewet mengulang kata-kata orang yang Anda cintai. Alih-alih menyindir atau mengkritisi, lebih baik mendukung apapun langkah yang ditempuh pasangan Anda.

validasi untuk saling mendukung dalam hubungan berpasangan
Ilustrasi validasi untuk saling mendukung dalam hubungan berpasangan (Freepik/stockking)

3. Mengenali perilaku dan perasaan pasangan

Banyak orang tidak peka dengan perasaannya. Ada banyak alasan untuk hal ini, termasuk karena lingkungan di mana mereka diberi tahu bahwa mereka tidak memiliki perasaan yang sebenarnya dialami. Misalnya, “Perermpuan baik jangan marah” atau “Pria tidak boleh menangis.”

Dalam hubungan berpasangan, setiap orang perlu memahami perasaan satu sama lain. Orang yang Anda cintai, mungkin tidak mengungkapkan kesedihan atau kecemasannya. Tetapi sebagai pasangan, Anda perlu mengenali perilaku dan perasaan pasangan Anda. Dengan begitu, Anda memvalidasi pengalaman yang dialami dan mendukung bagaimana mereka mengelola masalahnya.

4. Memahami perilaku pasangan dari aspek biologi dan masa lalu

Jika seseorang memiliki pengalaman negatif di masa lalu, mungkin mereka akan bereaksi buruk pada saat mengalami pengalaman yang sama di masa depan. Misalnya, jika orang yang Anda cintai digigit dan dicakar kucing saat masih kecil, dia mungkin tidak ingin berada di sekitar kucing sekarang. Validasi pada tingkat ini, contohnya mengatakan “Mengingat pengalamanmu yang pernah digigit atau dicakar kucing, aku tahu kenapa kamu enggan pergi ke tempat di mana ada tiga kucing dalam rumahnya.

validasi untuk saling mendukung dalam hubungan berpasangan
Ilustrasi validasi untuk saling mendukung dalam hubungan berpasangan (Freepik)

5. Mengenali reaksi emosional pasangan Anda

Pada reaksi umum, wawancara kerja bisa jadi situasi yang bikin cemas. Maka sebagai orang terkasih, Anda perlu memvalidasi reaksi emosional pasangan Anda sesuai reaksi yang umum terjadi. Misalnya dengan kalimat “Tentu saja, kamu cemas tentang wawancara kerja, semua orang pernah merasakannya di momen penting ini.” Namun saran terapis berlisensi, Kate Theida, MS., LPCA., NCC., dilansir Psychology Today, Senin, 24 Juli, jangan mengucapkan “Kamu akan baik-baik saja” karena dapat meniadakan pernyataan validasi sebelumnya.

Mengekspresikan validasi secara tulus

Menganggap pasangan seseorang yang berdaya itu penting. Ini membentuk perilaku yang tidak merendahkan atau mengecilkan. Selain kelima jenis validasi yang perlu dimiliki dalam hubungan berpasangan di atas, Anda juga perlu mengekspresikan validasi secara tulus. Dengan begitu, Anda dan pasangan bisa sama-sama mengungkapkan dukungan serta keyakinan bahwa setiap orang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.