Bagikan:

JAKARTA - Film garapan sutradara Shalahuddin Siregar, Pesantren kembali dihadirkan dalam acara roadshow yang diselenggarakan Bioskop Online bersama Patjarmerah dan komunitas Kembang Gula di Ndalem Djojokoesoeman, Solo pada Jumat, 7 Juli kemarin.

Tidak hanya nonton bareng, dalam roadshow tersebut juga digelar diskusi dengan beberapa narasumber, diantaranya Diding Abdul Qodir (pemain film Pesantren), Hanna Humaira (produser Bioskop Online), Bagus Sigit Setiawan (penulis Santri Surakartan) dan Mohammad Ali Ma’ruf (videografer). Diskusi yang dimoderatori Kalis Mardiasih itu membahas tentang sisi menarik kehidupan di dalam pesantren yang tidak banyak diketahui orang.

Bagus Sigit Setiawan dan Mohammad Ali Ma’ruf sepakat bahwa apa yang ditampilkan pada film Pesantren adalah sesuatu yang berbeda, yaitu gambaran kehidupan apa adanya di pondok pesantren.

“Film ini memberikan sesuatu yang berbeda, salah satu sisi menariknya karena film ini menyajikan kehidupan di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon yang dipimpin oleh seorang perempuan, yaitu Nyai Hj. Masriyah Amva. Film ini juga bukan hanya bisa dinikmati oleh umat beragama islam saja, tetapi juga bisa dinikmati oleh orang beragama diluar islam. Karena banyak nilai-nilai menarik didalamnya,” ungkap Bagus Sigit Setiawan dalam rilis tertulis yang diterima VOI.

“Pengambilan gambar film ini benar-benar menceritakan tentang kehidupan yang apa adanya, namun juga sarat akan makna yang pastinya menginspirasi para penonton, baik penonton yang sudah mengetahui tentang ajaran yang didapat para santri atau bagi orang yang awam sekalipun tentang kehidupan di pondok pesantren,” timpal Mohammad Ali Ma’ruf.

Kalis Murdiasih yang punya cerita tersendiri dengan Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon turut menyatakan apresiasinya ketika kisah dari Nyai Hj. Masriyah Amva diangkat ke karya film.

“Daya sangat senang ketika akhirnya film Pesantren ini diangkat menjadi sebuah film dokumenter dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Pondok Pesantren Kebon Jambu menjadi tempat persinggahan saya yang paling nyaman. Saya sudah mencintai Pondok Pesantren kebon Jambu dari tahun 2017,” kata Kalis.

Hanna Humaira yang sadar betul bahwa film Pesantren merupakan karya yang pantas untuk disaksikan banyak orang menyebut bahwa pandangan-pandangan yang ada dalam film ini pantas untuk dipelajari.

“Film ini memang menghadirkan sesuatu yang berbeda. Salah satunya menghadirkan sudut pandang tentang diajarkannya toleransi, kesetaraan gender dan diungkapkannya bahwa kehidupan di dalam pondok itu menyejukkan. Karena hal-hal menarik itulah, Bioskop Online menayangkan film ini,” tutur. Hanna Humaira.

Sementara itu, Diding Abdul Qodir sebagai salah satu pemain dalam film Pesantren, membagikan cerita berharga mengenai pengalamannya selama syuting dan peran yang dimainkannya.

“Harapannya film dokumenter ini bisa memberikan pengalaman dan pandangan yang baru tentang para santri. Lewat cerita yang disampaikan penonton jadi tahu kalau santri bukan cuma belajar ilmu agama dan mengaji,” katanya.

Sebelumnya, film Pesantren menorehkan sejumlah prestasi, di antaranya kompetisi XXI Asiatica Film Festival 2020 dan terpilih di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019. Film ini juga telah tayang di Madani International Film Festival dan sempat ditayangkan di The University of British Columbia pada Maret 2022. Film Pesantren dapat disaksikan Bioskop Online hingga 23 Juli mendatang.