Bagikan:

JAKARTA - Rencana rilis film Pesantren di bioskop pada 4 Agustus terpaksa ditunda. Lola Amaria dari Lola Amaria Production yang menjadi distributor film Pesantren di Indonesia dengan berat hati mengumumkan kabar tersebut.

“Kami sedih dan rasanya berat sekali mengumumkan penundaan ini, apalagi film ini cukup ditunggu, bukan saja oleh kalangan santri, tapi juga penonton film Indonesia yang mayoritas Islam tapi penasaran seperti apa kehidupan pesantren yang jarang bisa diakses oleh publik," ujarnya saat dihubungi Rabu, 3 Agustus.

Sementara itu ibu Nyai Masriyah Amva sebagai pemimpin pesantren Pondok Kebon Jambu memahami penundaan ini dan berpesan bahwa “Sabar itu kemenangan yang sesungguhnya,” tandasnya.

Film ini sudah terbukti mendapat sambutan yang hangat di beberapa pemutaran khusus yang sudah pernah diadakan, termasuk ketika menjadi film pembuka Madani International Film Festival 2021 lalu.

Ekky Imanjaya sebagai board Madani International Film Festival mengatakan bahwa film Pesantren adalah film yang cocok menjadi pembuka festival tahun 2021 karena pas dengan tema tahun itu, yaitu Light: Yang Cahaya, Yang Jenaka. Ekky memasukkan film Pesantren ke dalam daftar film Indonesia terbaik tahun 2021.

Film dokumenter tentang kehidupan pesantren Pondok Kebon Jambu yang merupakan salah satu pesantren terbesar di Cirebon ini, sudah diputar untuk publik pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahu 2019.

IDFA adalah festival dokumenter terbesar di dunia. Di IDFA, tiket menonton film Pesantren terjual habis seminggu sebelum festival untuk tiga pemutaran. Sempat direncanakan untuk rilis di bioskop di Indonesia pada bulan April 2020, tapi kemudian ditunda karena pandemi.

Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkaita Bangsa (PKB) terkesan setelah menonton film Pesantren. Film karya Sutradara Shalahuddin Siregar itu menunjukkan bagaimana para santri tak terkukung aturan ketat sebagaimana pesantren dikenal di masyarakat dengan menampilkan sisi kesenian dan kemajuan perkembangan zaman.

"Saya benar-benar terharu dan bangga. Filmnya orisinil, asli, dan lebih asli lagi (pesantren sebagai objek film), belum berubah seperti waktu saya masih kecil," katanya Cak Imin di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Senin, 1 Agustus.