8 Mitos Seputar Perayaan Imlek yang Masih Dipercaya Etnis Tionghoa
Lampion (Mentat Dgt/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Sejak tahun 2003, hari raya Imlek telah menjadi hari libur nasional. Namun, perayaan ini tidak hanya dirayakan warga Tionghoa, tapi juga berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

Tahun baru Imlek ternyata mempunyai mitos yang masih dipercaya sampai saat ini oleh orang-orang Tionghoa. Kepercayaan tersebut tetap dijaga dan dilestarikan selama ratusan tahun. Lantas, apa saja mitos-mitos seputar perayaan imlek yang masih dipercaya oleh orang Tionghoa?

Angpao

Tradisi memberikan angpao ini berkaitan dengan transfer energi dan kesejahteraan. Jika Anda sudah berkeluarga, Anda wajib memberikan rezeki pada orang tua dan anak-anak. Sedangkan jika belum menikah tapi cukup mampu, maka Anda wajib berbagi rezeki dengan yang tidak mampu.

Liong Naga dan Barongsai

Sering melihat barongsai saat perayaan Imlek? Jika iya, Liong Naga dan Barongsai adalah tradisi wajib saat imlek. Dalam kepercayaan warga Tionghoa, Liong, dan Barongsai merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Pertunjukan tarian singa dan naga ini dipercaya bisa membawa hoki.

Menyajikan makanan khusus

Saat Imlek, warga Tionghoa harus menyuguhkan 12 jenis masakan serta 12 jenis kue sebagai lambang 12 macam shio. Seluruh hidangan didoakan bersama-sama dengan keluarga. Masing-masing makanan memiliki makna tersendiri.

Siu mie melambangkan panjang umur dan kemakmuran, lapis legit melambangkan rezeki berlapis-lapis, ikan sebagai simbol air, serta bebek atau ayam utuh sebagai lambang udara.

Membersihkan rumah sebelum Imlek

Membersihkan rumah memang wajib dilakukan setiap hari, bukan hanya saat perayaan Imlek tiba. Namun saat mendekati perayaan Imlek, sangat penting memastikan kondisi rumah dalam keadaan bersih. Maknanya adalah rumah yang bersih dari keburukan, siap menerima keberuntungan di tahun baru.

Mendekorasi ulang rumah

Setelah dibersihkan, rumah sebaiknya didekorasi dengan pernak pernik berwarna merah. Pintu dan jendela dicat ulang, serta ditempeli kertas bertuliskan kalimat atau kata-kata baik. Bagi orang Tionghoa, warna merah melambangkan kesejahteraan, kekuatan, serta keberuntungan.

Pakaian dan sepatu baru

Membeli pakaian, sepatu, dan mencukur rambut merupakan tradisi menjelang Imlek. Pakaian ini biasanya berwarna merah atau warna terang lainnya. Warga Tionghoa percaya, penampilan baru merupakan simbol optimis menghadapi masa depan.

Melunasi atau mengurangi utang

Hutang memang wajib dibayar. Namun, bagi warga Tionghoa membayar hutang juga memiliki makna tersendiri. Menjelang tahun baru, warga Tionghoa harus melunasi atau mengurangi jumlah hutang dengan harapan tahun selanjutnya tidak terbebani lagi dengan hutang.

Pantang makanan bubur

Saat perayaan Imlek, warga Tionghoa dilarang menyajikan dan memakan bubur. Bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan. Pantangan lain berkaitan dengan makanan pada perayaan Imlek adalah membalik ikan.

Jadi, kalau ingin mengambil daging pada sisi lain ikan, posisinya harus tetap dipertahankan. Ikan itu juga tidak boleh habis, melainkan disisakan untuk acara makan keesokan harinya. Ini melambangkan nilai surplus untuk tahun berikutnya.

Pantang menyapu saat hari Imlek

Saat hari H Imlek, warga Tionghoa dilarang menyapu dan mengepel lantai rumah. Pasalnya hal ini dipercaya bisa menghilangkan seluruh berkah tahun baru di rumah.