Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meengucapkan selamat Tahun Baru Imlek 2573 Khongzili. Jokowi pun menitipkan harapan disertai dengan unggahan ilustrasi masyarakat merayakan hari raya Imlek 2023 Masehi.

"Masa berganti, tahun berlalu, dan tantangan boleh berubah, tetapi satu yang harus selalu hadir yaitu harapan bahwa esok akan lebih bahagia, sejahtera, dan semakin maju," tulis Jokowi dalam akun Instagram @jokowi, Minggu, 22 Januari.

"Gong Xi Fa Cai," lanjutnya.

Sebagai informasi, Hari Raya Imlek merupakan perayaan hari pertama di bulan pertama masyarakat Tionghoa. Pada tahun masehi, Imlek dirayakan pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya. Tahun 2022, perayaan Imlek jatuh pada tanggal 22 Januari.

Perayaan Imlek di Indonesia adalah salah satu bentuk kebebasan. Di era kekinian, setiap etnis China di Nusantara berhak merayakan Imlek dengan semarak dan penuh suka cita.

Dulu kala, Imlek sempat dilarang di muka umum. Soeharto jadi aktor di balik pelarangan Imlek pada 1967. Kemudian, Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) jadi “juru selamat” yang melanggengkan perayaan imlek, setidaknya sampai hari ini.

Di era Soeharto, seluruh upacara agama dan adat istiadat orang China turut dilarang. Menarik jauh ke belakang, sejak masa kolonial, hubungan pemerintah kolonial Belanda dengan etnis China digambarkan cukup aneh.

Semua itu, karena Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14/1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China. Dalam instruksi tersebut ditetapkan bahwa seluruh upacara agama, kepercayaan, dan adat istiadat China hanya boleh dirayakan di lingkungan keluarga dan dalam ruang tertutup.

Titik terang bagi kehidupan etnis China yang serba dibatasi berakhir setelah Gus Dur menggantikan B.J. Habibie menjadi Presiden RI ke-4. Bapak pluralisme yang dikenal berani dan konsisten membela hak-hak kaum minoritas itu jadi juru selamat.

Berkatnya, etnis China diperbolehkan kembali merayakan Imlek di muka umum pertama kali pada 17 Januari 2000. Langkah itu kemudian dikenal sebagai bentuk menghargai kaum minoritas dalam bingkai pelaksanaan falsafah: Bhinneka Tunggal Ika.

Lantas, Imlek resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional. Gus Dur pun tak mempermasalahkan kembali mana bumiputra dan nonbumiputra. Ia beranggapan tak ada yang namanya keturunan masyarakat asli di Indonesia.